Tak Bisa SFH, 3 Guru di Ciamis Sambangi Siswanya ke Rumah, Hingga Mereka Temukan Fakta Miris yang Dialami Anak Didiknya saat Berangkat ke Sekolah

Kamis, 30 April 2020 | 10:00
KOMPAS.COM

Perjuangan 3 guru di Ciamis yang sambangi siswanya karena tak bisa SFH, hingga menemukan fakta miris tentang anak didiknya itu selama ini.

GRIDSTAR.ID – Pandemi virus corona yang mewabah mengharuskan siswa untuk bersekolah dengan cara school from home (SFH).

Masalahnya, untuk siswa yang tinggal di pelosok desa, kegiatan SFH cukup sulit dilakukan. Sementara di sisi lain, penyampaian materi harus tetap terlaksana.

Makanya, untuk siswa yang tak bisa SFH, tiga guru di Ciamis, Jawa Barat sampai bela-belain menyambangi siswanya itu ke rumah.

Baca Juga: Para Ahli Dunia Sedang Sibuk Lakukan Uji Coba Vaksin Covid-19, India Menuju Produksi Massal Vaksin Oxford Corona yang Terbukti Efektif saat Digunakan pada Monyet

Namun yang tak diduga, tiga guru SD itu menemukan fakta miris yang dialami anak didiknya saat berangkat ke sekolah selama ini.

Fakta itu terungkat ketika tiga guru itu datang ke rumah mereka untuk menyampaikan materi pelajaran secara langsung, karena tak bisa SFH.

Seperti dilansir Kompas.com, perjuangan tiga ibu guru dari SD Giriharja, Ciamis itu memang tak mudah.

Baca Juga: Dikira Resah Gelisah Lantaran Pikirkan Gaji Karyawan Selama Lockdown, Ternyata Suami Akui Diam-diam Nikah Lagi dan Pikirkan Nasib Madunya, Curhat Pilu Istri Pertama Viral: Terasa Seperti Berhenti Bernapas

Meski tidak setiap hari, tiga guru itu harus menempuh perjalanan selama 1,5 jam menuju rumah 8 siswanya di Dusun Citapen Landeuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Rajadesa, Ciamis.

Jalan yang mereka tempuh juga tak mudah, hanya berupa jalan setapak, dengan naik turun bukit.

"Jaraknya (rumah siswa) sekitar tiga kilometer dari rumah saya. Akses ke sana hanya jalan setapak. Hanya bisa dilewati dengan jalan kaki," ujar Yayah Hidayah, salah seorang guru SD Giriharja yang pergi ke sana.

Baca Juga: Beribadah di Rumah Dianjurkan Demi Cegah Persebaran Wabah Virus Corona, Kini Masjid di Negara Ini Jadi Tempat Penyimpanan Jenazah Covid-19 Akibat Membludaknya Kasus Kematian

Bersama Yayah, dua guru lagi ikut serta, mereka adalah Rohaetin (56) guru kelas 2 SD, dan Eem Maesaroh (54) guru kelas 4 SD.

Yayah bercerita kalau mereka memang tidak setiap hari mengunjungi rumah siswa di pelosok itu, mengingat lokasinya cukup jauh dan stamina para ibu guru ini yang tak lagi muda.

Yayah bilang, dia dan dua rekannya berangkat jam 6.30 WIB saat mendatangi rumah siswanya di pelosok. Waktu yang harus ditempuh dengan jalan kaki sekitar 1,5 jam.

Baca Juga: Sudah Ketok Palu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Umumkan PNS akan Dapat THR, Staf Pajak Bongkar Tanggal Cairnya Beserta Jumlah Nominal yang Diperoleh

"Kami tiba di rumah siswa jam 8-an," kata Yayah.

Selama perjalanan ke rumah siswanya, Yayah dan dua guru lainnya menemukan fakta miris yang dialami siswanya selama ini saat berangkat ke sekolah.

Salah satunya, kata Yayah, jalan menuju rumah siswanya itu berbukit-bukit. Mereka harus melewati turunan yang licin karena jalannya berpasir hingga becek.

Baca Juga: Lantaran Ulah Ngeyel Manusia, Denny Darko Ungkap Penerawangan Mengejutkannya Soal Gelombang 3 Wabah Covid-19, Ada Apa?

"Saya enggak bisa bayangkan perjuangan anak saat pulang-pergi ke sekolah. Ternyata begini. Gimana kalau hujan," ucap Yayah.

Delapan siswa yang rumahnya di pelosok terdiri dari satu siswa kelas l SD, dua siswa kelas 2 SD, empat siswa kelas 3 SD dan satu siswa kelas 4 SD.

"Kami berada di rumah siswa sekitar satu jam memberi tugas, menyampaikan mata pelajaran. Supaya tidak ketinggalan pelajaran," kata Yayah.

Baca Juga: Belum Ada Vaksin Khusus Corona, Ahli Dunia Kini Uji Obat Penyakit Sejuta Umat yang Disebut Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19, Apa Itu?

Yayah juga mengungkapkan, orangtua 8 siswa tersebut kurang mampu. Mereka sama sekali tak memiliki alat komunikasi. Juga tak memiliki televisi. Jika ada pun, kata dia, siaran televisi tidak bisa ditangkap antena televisi.

"Makanya saya ke sana, banyak materi pelajaran untuk disampaikan kepada anak. Minta mereka mempelajarinya. Kami juga titip kepada orangtuanya supaya terus membimbing anaknya saat belajar," jelas Yayah.

Fakta lainnya, kata Yayah, di perjalanan masih banyak satwa liar. Yayah sendiri mengaku tak berani pergi sendiri karena takut.

Baca Juga: Tak Ada Lagi Kapal yang Berlalu-lalang Akibat Wabah Corona, Sekawanan Lumba-lumba Tampak Berenang Bebas di Selat Bosphorus Turki

"Kami pergi bersama-sama. Kalau enggak bareng, takut. Di jalan masih banyak monyet. Kami juga persiapan di jalan bawa tongkat, takut ada monyet," kata Yayah.

Kondisi rumah siswa, lanjut Yayah, rumahnya hanya semi permanen. Dinding bawahnya tembok, sedangkan dinding atas terbuat dari bilik bambu.

"Hampir semua sama, rumahnya semi permanen," ujarnya.

Baca Juga: Ketiban Durian Runtuh! Pasangan Ini Mendadak Kaya Raya Usai Beli Mainan Rp 30 Ribu di Toko Barang Bekas, Setelah Dibuka Isinya bak Harta Karun!

Yayah mengaku kasihan kepada anak didiknya yang enggak bisa belajar secara normal.

"Mudah-mudahan cepat beres pandeminya. Sudah kangen kepada anak-anak dan suasana sekolah," ujar Yayah.

Sedangkan Eem Maesaroh mengatakan, perjuangan dia dan rekannya ini dilakukan supaya siswanya tetap bisa belajar meski berada di rumah.

Baca Juga: Biasakan Minum Air Putih Hangat Saat Sahur, Ini 5 Manfaatnya yang Luar Biasa pada Tubuh: Bisa Keluarkan Racun!

Eem berharap, siswanya cerdas dan pintar sehingga ilmu yang diberikan bisa bermanfaat kelak saat siswanya sudah dewasa.

"Mudah-mudahan bisa berguna untuk bangsa dan agama. Kami juga harap semoga pandemi ini segera selesai, supaya kami semua bisa kembali belajar di sekolah," kata Eem.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul Kisah 3 Guru Ciamis Ajari Siswa di Rumah: Jalan Kaki 1,5 Jam, Lewati Bukit dan Siap Hadapi Satwa Liar. (*)

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya