Tak Disangka Lolos dari Maut, Pemuda Wuhan Ini Sudah Menyerah Usai Dinyatakan Positif Corona, Tapi Sembuh Berkat Anime: Hari Terburuk di Hidup Saya

Sabtu, 14 Maret 2020 | 12:50
ChinaOut via Tribunnews Wiki

Tak Disangka Lolos dari Maut, Pemuda Wuhan Ini Sudah Menyerah Usai Dinyatakan Positif Corona, Tapi Sembuh Berkat Anime: Hari Terburuk di Hidup Saya

GridStar.ID - Wabah Covid-19 alias virus corona kini tengah menjadi momok bagi masyarakat.

Terhitung sejak Jumat, (13/03) tercatat 69 orang positif mengidap virus corona.

Sebagai langkah antisipasi penyebarannya, sejumlah tempat hiburan, institusi sekolah, hingga kegiatan berkerumun dihentikan sementara.

Baca Juga: Gagal Bercinta di Tempat Idaman, Pedangdut yang Baru Dinikahi Bule Turki untuk Keenam Kalinya Ini Tak Jadi Bulan Madu Gara-Gara Virus Corona, Pilih Lakukan Hal Ini dengan Suami

Namun, kisah inspiratif ini justru datang dari seorang pasien positif corona.

Semangatnya untuk sembuh justru didapatkannya dari anime.

Adalah pemuda asal Wuhan, Tiger Ye yang terinfeksi pada Januari 2020 lalu.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Dua Balita Positif Virus Corona, Kondisinya Sakit Ringan hingga Sedang

Begini unggahannya yang bisa sembuh dengan melewati tahap karantina dan perawatan yang tepat dilansir dari Kompas.com.

"Pada 17 Januari saya merasakan semua otot-otot nyeri. Mungkin pada saat itu saya demam ringan, namun tidak terlalu diperhatikan.

Kalau melihat ke belakang, memang sedikit menakutkan, sebab rumah dan sekolah tempat saya belajar bahasa Jepang hanya ada dalam radius 5 Km dari pasar seafood Wuhan (yang diyakini sebagai awal mula penularan). Untuk mengobati nyeri otot tersebut, saya memutuskan untuk minum obat flu karena saya pikir itu flu biasa.

Baca Juga: Ramalan Ahli Tarot Ini Terbukti Benar, Sudah Peringatkan Masyarakat Waspada Virus Corona, Kini Covid-19 Sudah Mewabah ke-6 WNI: Sedia Payung Sebelum Hujan!

Saya sebenarnya cukup terlambat minum obat antivirus pada tahap awal penyakit. Saya tidak tahu dari mana saya bisa tertular. Sebab, saya selalu makan di restoran masakan Hongkong di kantin sekolah.

Saya juga tidak terlalu banyak jalan-jalan karena pada saat itu musim dingin dan selalu langsung pulang setelah sekolah karena sudah lelah. Pada saat libur semester, saya memilih tinggal di rumah orangtua, bukan di asrama. Saya pun rajin pakai masker setelah semua orang di sekitar mulai memakai masker.

Tanggal 21 Januari, saya merasakan nyeri di seluruh tubuh. Saya kemudian menelepon ayah dan ia langsung menjemput. Di rumah, saya mengalami demam ringan dan ibu mengatakan jika demamnya tidak turun, ia akan membawa saya ke rumah sakit. Hingga jam 11 malam, demam tidak turun juga sehingga saya berobat ke rumah sakit Tongji.

Baca Juga: Dua Driver Ojek Online Suspect Virus Corona di Batam, Satu Pengemudi Minta Izin Mediasi dengan Keluarga, Satu Lagi Kabur Tak Terlacak Keberadaannya

Ketika tiba di sana, saya melihat rumah sakit kewalahan karena lonjakan pasien. Melihat dokter dan perawat dalam hazmat suit di dunia nyata untuk pertama kalinya, saya menyadari bahwa ada hal yang buruk sedang terjadi.

Pada saat itu sebenarnya saya tidak takut, sebab rumah sakit itu yang terbaik di Wuhan dan memang selalu penuh. Karena pasien sangat ramai, saya akhirnya memutuskan pindah ke rumah sakit paru Wuhan, dan keputusan ini pada akhirnya sangat tepat.

Di rumah sakit itu saya dites darah, fungsi liver, dan termasuk CT scan. Hasil CT scan menunjukkan adanya bintik-bintik di bagian bawah kedua paru saya. Saya kemudian diberi obat resep dan obat tradisional China berbentuk kapsul oleh dokter.

Baca Juga: Gara-Gara Virus Corona Diduga Menyebar dari Gereja Ini, Pemimpin Sekte Sesat di Korea Selatan Duduk Bersimpuh Minta Maaf Usai Terjerat Pasal Pembunuhan

Ketika Wuhan mulai ditutup, tanggal 22 Januari saya mulai dikarantina di rumah oleh ayah. Ibu saya dulu belajar di universitas kedokteran dan ayah bekerja di perusahaan farmasi, sehingga mereka dapat menangani saya. Kamar saya memiliki kamar mandi sendiri, sehingga sangat nyaman walau saya diisolasi.

Nenek yang memasak untuk saya juga selalu memakai masker saat mengantar makanan dan menggunakan sumpit sekali pakai yang akan dibuang setelah saya pakai. Sekitar 3 hari kemudian, saya periksa lagi ke rumah sakit karena mulai batuk. Itu adalah batuk kering dengan sedikit dahak kekuningan.

Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi saya memburuk karena infeksinya menyebar ke seluruh paru. Saya lalu diinfus dan diberikan obat oral. Dokter juga mengatakan saya terduga terinfeksi virus, namun hanya komite pakar yang akan menentukan apakah bisa segera dilakukan tes.

Baca Juga: Begini Cerita Penggali Makam Pasien yang Diisolasi, Awalnya Dikira Virus Corona Ternyata Flu Babi: Waktu Itu Was-Was, Harus Selesai dalam 2 Jam

Tanggal 26 Januari, saya demam tinggi sampai 39 derajat celcius. Saya batuk berat sampai perut terasa sakit dan punggung sakit. Ini adalah hari terburuk dalam hidup saya. Hasil laporan mengatakan bahwa situasi dapat memburuk dengan cepat pada tahap pertengahan.

Namun, di sore hari demamnya menghilang. Saya merasa seperti sudah ke neraka dan kembali lagi. Pada saat penyakit saya memburuk, saya mencari cara untuk mengembalikan semangat.

Saat itu saya menonton film anime favorit dan sebenarnya saya berencana ke Jepang pada pertengahan Februari untuk nonton konser penyanyi dan artist anime Ayaka Ohashi. Menonton tayangan anime itu sangat membuat saya bersemangat untuk sembuh karena saya ingin kelak bisa menonton konsernya lagi.

Baca Juga: Guru Besar Universitas Airlangga Teliti Vaksin Pemusnah Virus Corona, Benarkah 3 Rempah yang Biasa Jadi Bumbu Masak Sehari-hari Ini Bisa Jadi Penangkalnya?

Sekitar tanggal 28 saya dicek lagi dan kondisi kedua paru saya membaik. Kakak laki-laki saya mulai mengalami demam dan batuk tanggal 29 Januari. Hasil tesnya menunjukkan ada bintik bayangan di parunya. Ia juga dicurigai terinfeksi corona.

Pada hari yang sama, nenek saya juga demam. Sementara itu saat saya dites hasilnya saya positif terinfeksi corona. Rumah sakti memberikan saya obat anti-HIV selama lima hari, sedangkan keluarga saya juga mulai minum obat resep. Karena kondisi saya membaik dan keterbatasan tempat di rumah sakit saya diperbolehkan pulang tapi harus mengisolasi diri.

Saya juga tidak diinfus lagi. Kakak saya juga positif terinfeksi. Nenek mengalami demam tapi empat hari kemudian pulih. Ia tidak pernah dites, demikian juga ibu saya, tapi mereka minum obat. Kakak saya pada akhirnya pulih dan kini sudah negative dari virus.

Pada tanggal 4 februari, CT scan menunjukkan perbaikan berarti pada paru saya dan batuknya pun sembuh. Saya dites lagi dan diberi obat resep. Keesokan harinya hasil tes menunjukkan saya negatif untuk virus, tetapi dokter mengatakan saya harus dites ulang tanggal 7 Februari. Saya melakukannya dan hasilnya negatif. Saya pun dinyatakan sembuh dari corona," tuturnya. (*)

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya