Seakan Jadi Kota Mati Setelah Wabah Virus Corona, Warga Wuhan Terpaksa Makan Makanan Basi Demi Bisa Bertahan Hidup

Jumat, 06 Maret 2020 | 06:30
tribunnews.com

Seakan Jadi Kota Mati Setelah Wabah Virus Corona, Warga Wuhan Terpaksa Makan Makanan Basi Demi Bisa Bertahan Hidup

GridStar.ID - Virus corona seakan menjadi momok yang menakutkan untuk banyak orang di berbagai belahan dunia.

Banyak orang menghindari keramaian untuk menjaga agar tidak tertular dari virus ini.

Bahkan di kota Wuhan, tempat di mana virus ini berasal seakan menjadi kota mati karena tak banyak orang yang beraktivitas di luar rumah.

Baca Juga: Coba Lindungi Diri dari Virus Corona, Ashanty Malah Dinilai Sombong Gara-gara Gaya Bersalaman: Kayak Jijik Disalamin

Pemerintah memilih melakukan isolasi terhadap kota tersebut agar tak lebih banyak korban berjatuhan.

Akibat isolasi yang dilakukan ini, ada banyak kesulitan di alami warga asli Wuhan salah satunya soal makanan.

Selain harganya yang terlampau tinggi, makanan yang tersedia pun banyak yang sudah basi.

Baca Juga: Harga Masker Meroket karena Virus Corona Mulai Mewabah di Indonesia, Pesohor Ini Kecam Oknum Penimbun Masker: Lo Mikir Nggak Sih!

Padahal risiko yang bisa didapatkan dari mengonsumsi makanan basi tersebut tentunya tak bisa dinggap sepele yaitu keracunan.

Seperti dilansir dari NHS bahwa makanan basi mengandung bakteri yang berbahaya bagi tubuh, salah satunya adalah Bacillus cereus yang dapat menyebabkan sakit, mengalami muntah bahkan diare sekitar 1 hingga 5 jam sesudahnya.

Meski gejalanya relatif ringan dan biasanya berlangsung sekitar 24 jam, namun tetap saja hal ini tidak baik bagi kesehatan tubuh.

Baca Juga: Virus Corona Melanda Indonesia, Nikita Mirzani Ogah Salaman dengan Para Penggemar: Takut Jadi Zombie!

Terlebih makanan basi yang di simpan dalam suhu ruangan, di mana itu lebih berisiko membahayakan tubuh.

Walaupun makanan basi tersebut dimasak ulang atau dipanaskan kembali tidak ada dampak positifnya.

Sebab makanan sudah terkontaminasi dengan bakteri dan kotoran lainnya yang terbang bersama udara ruangan disekitar.

Baca Juga: Pasien yang Sembuh dari Virus Corona Ini Ungkap Kisahnya Alami Infeksi hingga Akhirnya Sembuh Total, Bernapas Menjadi Hal yang Sulit Dilakukan

Selain dapat menyebabkan diare, keracunan makanan basi juga dapat menyebabkan kram perut, merasa lemah tidak bertenaga, merasa kedinginan, bahkan demam hingga melebihi 38° Celsius.

Kenestapaan warga wuhan pun diungkap dengan baik oleh laporan yang diberitakan AFP (28/02).

Dimana seorang warga bernama David Dai yang berdomisili mengaku keadaan kota Wuhan saat ini sangat mengerikan.

Baca Juga: Tak Hanya Chungha, IU Juga Memilih Melakukan Karantina Diri Sendiri Setelah Datang dari Luar Negeri untuk Pencegahan Virus Corona

"Di lingkungan tempat saya tinggal, kenyataannya benar-benar mengerikan," katanya.

Lebih lanjut, keluarga dari perempuan berusia 49 tahun ini harus benar-benar bergantung pada diri mereka sendiri.

Untuk stok bahan makanan, mereka telah mengeringkan dan menyimpan kulit lobak sebagai tambahan nutrisi di makanan.

Baca Juga: Dua Staf Positif Terkena Virus Corona, Chungha Pilih Melakukan Karantina Diri Sendiri Meski Hasil Tesnya Negatif

Meski kompleks apartemennya sudah memiliki kelompok pembelian, Dai mengatakan penduduk setempat tidak puas dengan harga dan kualitas makanan yang beredar.

"Banyak tomat, banyak bawang, mereka sudah busuk," katanya pada AFP.

Dia juga mengatakan lebih dari sepertiga makanan harus dibuang karena tidak layak dikonsumsi.

Baca Juga: Deretan Idol Korea Selatan Mulai dari Suho EXO hingga TOP BIGBANG Berikan Donasi Pencegahan Virus Corona hingga Miliaran Rupiah

Kelompok pembelian merupakan grup obrolan yang dibentuk untuk membeli makanan dan keperluan sehari-hari di Wuhan.

Mereka melakukannya via aplikasi WeChat.

Di Wuhan, diberlakukan pembatasan untuk pengiriman barang-barang belanjaan dari supermarket, termasuk makanan.

Baca Juga: Langka Gara-Gara Virus Corona, Pedagang Masker dan Hand Sanitizer yang Jual dengan Harga Meroket Bakal Kena Ancaman Penjara 5 Tahun

Masing-masing supermarket memiliki harga dan ketentuan masing-masing, untuk paket pembelian barang dalam jumlah besar.

Biasanya yang dibeli adalah daging, sayuran, susu, dan "mie kering panas" hidangan khas Wuhan.

Deretan supermarket itu juga ada yang punya aplikasi sendiri di WeChat, sehingga pengguna bisa memilih paket dengan harga berdasarkan berat, yang akan dikirim dalam jumlah besar.

Baca Juga: Jedar Menangis Bayangkan Ayahnya Tak Bisa Hadir di Pernikahan, Kini Banyak Tamu Undangan Batalkan Hadir di Pernikahan Jessica Iskandar dan Richard Kyle Karena Virus Corona

Di daerah tempat tinggal Guo Jing misalnya, lima macam sayuran termasuk kentang dan bayi kol seberat 5,5 kilogram (kg), dibanderol 50 yuan (sekitar Rp102 ribu).

"Kamu tidak punya pilihan makanan. Kamu tidak punya keinginan pribadi lagi," keluh Guo dikutip dari AFP.

Selain minim pilihan, model pembelian kelompok seperti ini juga kurang mengakomodasi kelompok-kelompok kecil.

Baca Juga: Viral Video Pabrik Masker Bekas Daur Ulang yang Bikin Resah karena Virus Corona Masuk Indonesia, Ternyata Fakta Sebenarnya Begini!

Sebab, supermarket punya persyaratan minimum pesanan di setiap pengiriman.

"Sejujurnya, tidak ada yang bisa kita lakukan," kata Yang Nan, manajer supermarket Lao Cun Zhang, yang butuh minimal 30 pesanan di satu pengiriman.

"Kami cuma punya empat mobil," imbuhnya.

Baca Juga: 2 Orang WNI Dinyatakan Positif Terkena Corona, Waspadai 4 Cara Penularan Virus Ini! Salah Satunya dengan Sentuhan dan Jabat Tangan

Yang menerangkan, tokonya tidak punya karyawan untuk melayani pesanan porsi kecil.

Sementara supermarket lain yang ditelusuri AFP menyebutkan, mereka membatasi pengiriman maksimal 1.000 pesanan per hari.

"Sulit mempekerjakan karyawan baru," ujar Wang Xiuwen, yang bekerja di divisi logistik toko.

Baca Juga: Pakai Masker Bukan Satu-satunya Cara untuk Cegah Corona, Ini Penjelasannya

Dia menuturkan, mempekerjakan terlalu banyak orang bisa meningkatkan risiko terkena infeksi virus corona Covid-19.

Tak hanya sulit mendapat makanan dan barang-barang kebutuhan harian, derita warga Wuhan juga bertambah karena lingkungan tempat tinggal mereka bisa tiba-tiba ditutup aksesnya tanpa peringatan lebih dulu.

Diakui Guo Jing, wanita berusia 29 tahun warga setempat, mengatakan dia masih punya simpanan sayur, acar, dan telur asin untuk sebulan ke depan.

Baca Juga: Guru Besar Universitas Airlangga Teliti Vaksin Pemusnah Virus Corona, Benarkah 3 Rempah yang Biasa Jadi Bumbu Masak Sehari-hari Ini Bisa Jadi Penangkalnya?

Tapi yang membuatnya takut adalah penutupan dan pembatasan akses.

Di Wuhan, diberlakukan aturan pembatasan keluar dari kompleks.

Warga hanya diizinkan keluar kompleks setiap tiga hari sekali.

Baca Juga: 2 WNI Positif Corona, Menteri Kesehatan Terawan Jelaskan Prosedur Penanganan dan Kondisi Terkini

Guo adalah salah satu dari 11 juta penduduk di Wuhan, kota di Provinsi Hubei Tengah yang telah dikarantina sejak 23 Januari sebagai upaya pemerintah menahan penyebaran virus epidemik Covid-19.

Sejak karantina diterapkan, kehidupan warga Wuhan dikontrol sangat ketat oleh pemerintah setempat.

AFP bahkan melaporkan, bulan ini ada peraturan baru yang melarang penduduk meninggalkan lingkungan mereka.

Baca Juga: 2 Orang WNI Terjangkit Virus Corona Berasal dari Depok dan Diduga Tertular dari Warga Jepang

Bagi sebagian orang, ini mengancam mata pencaharian mereka.

"Saya masih tidak tahu di mana harus membeli barang, dan setelah selesai makan apa yang masih kita miliki di rumah," ucap Pan Hongseng, yang tinggal bersama istri dan dua anaknya.

Nahasnya, Pan kesulitan membeli bahan makanan dan barang kebutuhan sehari-hari karena komunitas di tempat tinggalnya "tidak ada yang peduli" pada layanan pembelian kelompok.

Baca Juga: Bukannya Takut, Penyanyi Dangdut asal Banyuwangi Ini Justru Gunakan Virus Corona sebagai Judul Lagu Terbarunya, Warganet Meradang dan Kutuk Lagu Viral Ini!

"Anak saya yang berusia tiga tahun bahkan tidak memiliki susu bubuk tersisa," kata Pan kepada AFP.

Pan juga menceritakan dirinya tidak bisa mengirim obat ke dua mertuanya yang berusia 80-an tahun, karena mereka tinggal di tempat berbeda.

"Aku merasa seperti pengungsi," ucap Pan.

Baca Juga: Tunjukkan Cintanya pada Penggemar, Kim Hanbin Sumbang Rp 2,2 Miliar yang Dikirimkan ke Banyak Negara Termasuk Indonesia Untuk Cegah Virus Corona

Sementara itu yang dialami Ma Chen, pria berusia 30 tahun yang hidup sendiri, sedikit berbeda.

"Aku tidak tahu berapa banyak (makanan) yang harus kubeli," ucapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di sosok dengan judul Miris, Layaknya Tak Berpenghuni, Warga Wuhan Kini Terpaksa Melahap Makanan Basi Supaya Tetap Hidup

Editor : Hinggar

Sumber : Sosok.id

Baca Lainnya