GridStar.ID - Masalah SARA menjadi isu yang tak ada selesainya di Indonesia.
Di tanah air isu soal suku, agama, dan ras menjadi hal yang sangat sensitif.
Percikan api setitik bisa membuat masalah SARA menjadi kobaran api yang tak mudah padam.
Tak mudah untuk menghentikan konflik seperti ini, diperlukan mediator yang bisa memahami kedua pihak.
Seperti yang belum lama terjadi soal konflik mahasiswa Papua di Universitas Negeri Manado dengan warga Desa Tataaran.
Maya Rumantir menjadi inisiator awal upaya perdamaian bagi mahasiswa Papua dengan warga Desa Tataaran.
Dalam tayangan di kanal YouTube Olivia Maya Rumantir Hutasoit (27/03/2015), meski kondisi belum kondusif, Maya Rumandir mendatangi asrama mahasiswa untuk mengadakan ibadah bersama dengan warga.
Sehingga tak heran jika Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan memberi apresiasi tinggi pada Maya Rumantir.
Tak hanya itu, Maya Rumantir mendapat kehormatan sebagai warga Papua karena kepeduliannya sejak lama dengan warga Papua.
Maya Rumantir berhenti menjadi seorang penyanyi dan pilih banting setir menjadi politisi.
Melansir Kompas.com, pada Pemilu 2019 lalu, dia menempati posisi kedua perolehan suara terbanyak calon anggota DPD RI dapil Sulawesi Utara.
"Saya mengapresiasi masyarakat yang sudah memilih saya karena mereka tidak tergoyahkan terhadap suatu nilai-nilai moral. Boleh dikatakan suara saya cukup signifikan," katanya pada Kompas.com Jumat (17/05/2019) malam.
Maya juga mengatakan, kalau dia sudah datang ke Sulawesi Utara sejak 20 tahun lalu melalui berbagai aktivitas sosial.
Kegiatan-kegiatan sosial, di antaranya mengunjungi panti jompo, panti asuhan dan memberikan edukasi kepada masyarakat soal sumber daya manusia (SDM) dan kerohanian.
"Itu dilakukan di kabupaten dan kota di Sulut. Ini memang panggilan dan tuntunan Tuhan bahwa keterpanggilan ini untuk membangun bangsa ini," ungkap Maya.
(*)