Bak Petir di Siang Bolong, Sri Mulyani Ungkap Jumlah Penduduk Miskin Naik hingga 1,23 Juta Akibat Wabah Covid-19 per Maret 2020

Kamis, 16 Juli 2020 | 15:02
Tribunnews

Bak Petir di Siang Bolong, Sri Mulyani Ungkap Jumlah Penduduk Miskin Naik hingga 1,23 Juta Akibat Wabah Covid-19 per Maret 2020

GridStar.ID - Wabah virus corona memang membuat dampak ekonomi menjadi lesu.

Baru-baru ini, Sri Mulyani mengunkapkan fakta tak menyenangkan akibat covid-19.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sejak Maret 2020 meningkat menjadi 1,63 juta dibandingkan sejak September 2019 lalu.

Baca Juga: Bukan DKI Jakarta atau Jawa Timur, Presiden Jokowi Beri Apresiasi Kerja Gubernur dari 5 Provinsi yang Terbaik Tangani Covid-19, Wilayah Mana Saja?

Dengan demikian, jumlah penduduk miskin RI saat ini tercatat sebanyak 26,42 juta orang.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, peningkatan jumlah penduduk miskin disebabkan oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Pasalnya, aktivitas perekonomian menjadi terganggu dan memengaruhi pendapatan penduduk.

Baca Juga: Rupiah Ikut Melemah Gara-Gara Singapura Resesi, Berikut Fakta Soal Pemerosotan Ekonomi Terburuk Sepanjang Sejarah di Negara Tetangga!

"Penduduk miskin naik 1,63 juta terhadap September 2019," ujar Suhariyanto dalam paparannya, Rabu (15/7/2020).

Secara persentase, penduduk miskin pada Maret 2020 tercatat sebesar 9,78 persen meningkat 0,56 poin persentase terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 poin persentase terhadap Maret 2019.

Suhariyanto pun menjelaskan, kondisi pandemi ini memengaruhi seluruh lapisan masyarakat.

Baca Juga: Kasus Baru Wabah Covid-19 Masih Tinggi, PNS Diperbolehkan Lakukan Perjalanan Dinas, Tapi dengan Syarat Ini!

Namun demikian, dampak yang lebih dalam paling dirasakan oleh masyarakat lapisan bawah.

Berdasarkan hasil survei sosial demografi BPS, kelompok masyarakat lapisan bawah atau berpendapatan rendah, 70 persen mengaku mengalami penurunan pendapatan.

Sementara untuk masyarakat berpendapatan tinggi, yakni di atas Rp 7,2 juta, sebanyak 30 persen mengaku pendapatannya berkurang selama pandemi.

Baca Juga: Juli hingga September Masa Rawan Penularan, Kapan Pandemi Corona Berakhir di Indonesia?

"Pandemi Covid-19 ini menghantam seluruh lapisan masyarakat dan dampaknya terasa lebih dalam ke masyarakat lapisan bawah," kata Suhariyanto.

Suhariyanto pun memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kemiskinan pada periode September 2019 hingga Maret 2020.

Dia mengatakan, terjadi perlambatan pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I 2020 .

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Kembali Memberikan Prediksi Puncak Penyebaran Covid-19 di Indonesia Berada di Bulan Ini, Asalkan...

Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang sebesar 5,02 persen.

Selain itu, terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia Maret 2020 yang mencapai 64,11 persen dibandingkan Maret 2019.

"Meskipun pemerintah secara resmi mengumumkan kasus Covid-19 pada Maret 2020, namun sektor pariwisata dan pendukungnya sudah mulai terdampak sejak bulan Februari 2020," jelas Suhariyanto.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Jubir Gugus Tugas Covid-19 di Daerah Ini dan Keluarganya Dikonfirmasi Positif Virus Corona, Diduga Berawal dari Tugas di Sebuah Dusun

Selain itu, pada periode September 2019–Maret 2020, secara nasional harga eceran beberapa komoditas pokok mengalami kenaikan, antara lain beras (1,78 persen), daging ayam ras (5,53 persen), minyak goreng (7,06 persen), gula pasir (13,35 persen), dan telur ayam ras (11,10 persen).

Meski rata-rata pengeluaran per kapita pada Desil 1 periode September 2019–Maret 2020 mengalami peningkatan sebesar 1,67 persen namun peningkatannya lebih rendah dibandingkan pertumbuhan garis kemiskinan yang sebesar 3,20 persen.

Selain itu, pada Maret 2019, Susenas BPS menunjukkan penduduk hampir miskin yang bekerja di sektor informal mencapai 12,15 juta orang.

Baca Juga: Berawal dari Siswa yang Periksa Bisul dan Tulang Belakang ke Rumah Sakit, Terungkap Sebanyak 1.280 Orang Positif Covid -19 di Secapa AD

"Kelompok ini merupakan kelompok penduduk yang rentan terhadap kemiskinan dan paling terdampak dengan adanya pandemi Covid-19," ujar Suhariyanto.

Peningkatan angka kemiskinan pada periode September 2019 hngga Maret 2020 ini pun sudah melampaui batas bawah skenario berat kenaikan penduduk miskin versi pemerintah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya sempat mengatakan angka kemiskinan, menurut dia akan meningkat hingga 1,1 juta orang untuk skenario berat.

Baca Juga: Bisa Menyebar Melalui Udara dan di Ruangan Tertutup, Ini 3 Cara Mencegah Penularan Covid-19 di Dalam Ruangan

Sementara untuk skenario yang lebih berat, tambahan angka kemiskinan akan sebanyak 3,78 juta orang.

Ketika ditemui usai melakukan rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Bendahara Negara itu mengatakan pihaknya akan menambah bantuan sosial baik yang berupa bansos tunai maupun non tunai.

"Untuk PKH (Program Keluarga Harapan) ditambahkan beras, untuk UMKM bansos produktif," jelas dia, Rabu (16/7/2020).

Baca Juga: Harus Selalu Taati Protokol Kesehatan, Indonesia Disebut Kini Tengah Ada di Fase Berbahaya, Kapan Pandemi Covid-19 Bisa Berakhir?

Sri Mulyani menjelaskan, untuk pelaku UMKM yang belum tersentuh oleh perbankan akan diberi bantuan dalam bentuk bansos serupa kredit namun tidak dibebani kewajiban untuk mengembalikan dana yang diberikan.

"Sehingga yang di level betul-betul di bawah memiliki daya tahan, seperti ultra mikro, mekaar, kredit pegadaian, koperasi, semuanya masuk target kita," ujar Sri Mulyani.

"Dengan Kemensos, KemenkopUMKM, sedang kita identifikasi," tukas dia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sri Mulyani: Corona Sebabkan Jumlah Penduduk Miskin Per Maret 2020 Naik 1,23 Juta

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya