Makin Bikin Ketar Ketir, Ilmuwan Sebut Covid-19 Diduga Merusak Otak akibat Komplikasi Neurologis Parah, Dokter Diminta Waspada!

Jumat, 10 Juli 2020 | 20:03
Tribun Wow

Makin Bikin Ketar Ketir, Ilmuwan Sebut Covid-19 Diduga Merusak Otak akibat Komplikasi Neurologis Parah, Dokter Diminta Waspada!

GridStar.ID-Sudah lebih dari setengah tahun virus corona mewabah di dunia.

Banyak cara yang telah diupayakan oleh Pemerintah setiap negara juga para ahli demi memusnahkan virus ini dari muka bumi.

Akan tetapi, hasilnya justru belum semaksimal yang diharapkan.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 di Jawa Barat Melonjak 10 Kali Lipat Dibanding Hari Sebelumnya, Ternyata Ini yang Jadi Penyebabnya

Kini, fakta baru mengenai virus corona seakan kembali mengguncang dunia.

Ratusan ilmuwan dari berbagai negara menemukan bukti virus corona menyebar di udara dan mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merevisi rekomendasinya.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (06/07) sebelumnya, WHO telah sejak lama beranggapan bahwa virus SARS-CoV-2, hanya menyebar lewat droplet atau percikan pernapasan yang keluar saat seseorang batuk atau bersin.

Baca Juga: WHO Akui Temuan Ilmuwan Tentang Virus Corona Bisa Menyebar Melalui Udara, Lakukan 6 Hal Ini Untuk Kurangi Risiko Tertular

Namun, bukti adanya partikel virus yang lebih kecil yang ada di udara dapat menginfeksi manusia telah diungkapkan para ilmuwan dalam surat terbukanya kepada WHO.

Sebanyak 239 ilmuwan yang menulis surat terbuka kepada WHO, CDC Amerika Serikat dan lembaga kesehatan lainnya, mendesak perubahan pada panduan publik tentang penyebaran virus SARS-CoV-2.

Tak cukup sampai di situ.

Baca Juga: WHO Akui Temuan Ilmuwan Tentang Virus Corona Bisa Menyebar Melalui Udara, Lakukan 6 Hal Ini Untuk Kurangi Risiko Tertular

Dilansir Tribun-Medan.com, para ilmuwan pada Rabu (08/07), memperingatkan tentang kemungkinan gelombang kerusakan otak akibat Covid-19.

the new york times via KOMPAS.com
the new york times via KOMPAS.com

Ilustrasi Virus corona

Kemungkinan tersebut menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi neurologis yang parah, termasuk peradangan, psikosis, dan delirium.

Sebuah studi oleh para peneliti di University College London (UCL) menunjukkan 43 kasus pasien Covid-19 yang menderita disfungsi otak sementara, stroke, kerusakan saraf atau dampak serius lainnya yang terjadi pada otak.

Baca Juga: Bak Mimpi Buruk Berkepanjangan, Setengah Tahun Wabah Virus Corona Terjadi, Epidemiolog Ungkap Pandemi Covid-19 Tak Akan Selesai Akhir Tahun Ini

Melansir Reuters (08/07), para peneliti menambahkan bahwa studi terbaru juga menemukan penyakit ini dapat merusak otak. Namun, para peneliti ini belum mengetahui pasti seberapa besarnya dampak Covid-19 terhadap fungsi otak.

"Mungkin mirip dengan wabah ensefalitis lethargica pada 1920-an dan 1930-an setelah pandemi influenza pada 1918. Masih harus diamati," kata Michael Zandi, dari Institute Neurologi UCL, yang ikut memimpin penelitian.

Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru, sebagian besar adalah penyakit pernapasan yang mempengaruhi paru-paru. Namun, ahli saraf dan dokter spesialis otak mengatakan bukti yang muncul tentang dampaknya pada otak sangat memprihatinkan. Terlebih saat ini, jumlah kasus infeksi virus corona dari berbagai negara di dunia telah mencapai angka jutaan orang.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Selama Ini Terus Disangkal WHO, 239 Ilmuwan Ini Beberkan Bukti Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara

Menurut Worldometers pada Kamis (09/07), angka kasus infeksi virus corona di dunia mencapai lebih dari 12 juta orang. Ahli saraf sekaligus dokter spesialis otak itu mengkhawatirkan dampak ke pekerjaan dan aktivitas normal lainnya yang bisa saja terganggu karena fungsi kerja otak yang terganggu.

"Dan jika dalam waktu satu tahun kita memiliki 10 juta orang yang pulih, dan orang-orang itu memiliki defisit kognitif, maka hal itu akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja dan kemampuan mereka untuk beraktivitas sehari-hari," ujar Ahli Saraf, Adrian Owen dari Western University di Canada.

Dalam studi UCL yang diterbitkan dalam jurnal Brain, menyebutkan bahwa 9 pasien yang mengalami peradangan otak didiagnosis dengan kondisi langka yang disebut acute disseminated encephalomyelitis (ADEM) yang lebih sering terjadi pada anak-anak dan dapat dipicu oleh infeksi virus.

Baca Juga: Capai Rekor Tertinggi Sejak 2 Maret, Total Kasus Covid-19 di Indonesia Lampaui 70.000, Dengan Kasus Baru Pada 9 Juni Sebanyak 2.657 Pasien

Tim peneliti UCL menyebutkan bahwa biasanya akan ada satu pasien dewasa dengan ADEM per bulan di klinik spesialis mereka di London. Namun, jumlahnya telah meningkat setidaknya satu minggu selama masa studi, sesuatu yang mereka gambarkan sebagai "peningkatan yang mengkhawatirkan".

Owen mengatakan bukti yang muncul memerlukan penelitian besar dan terperinci serta pengumpulan data global untuk menilai seberapa umum komplikasi neurologis dan psikiatrik tersebut. Mengingat bahwa Covid-19 masih diteliti selama beberapa bulan, salah satu pemimpin penelitian UCL, Ross Paterson, mengatakan bahwa pihaknya belum tahu kerusakan jangka panjang apa yang dapat disebabkan Covid-19.

"Dokter perlu mewaspadai kemungkinan efek neurologis, karena diagnosis dini dapat mempengaruhi pasien," kata Paterson. (*)

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : Kompas.com, Tribun-Medan.com

Baca Lainnya