Mutasi Virus Corona yang Baru Dinilai Menyebar Lebih Cepat dari Sebelumnya dan Disebut Telah Terjadi di Eropa dan AS, Peneliti Ungkap Temuannya

Minggu, 05 Juli 2020 | 12:06
the new york times via KOMPAS.com

Gejala Baru Virus Corona, Seorang Pria yang Terjangkit Covid-19 Terkena Penyakit Priapisme yang Sebabkan Alat Vitalnya Menegang Selama Berjam-jam

GridStar.ID - Virus corona yang menyebar di seluruh dunia selama 6 bulan terakhir ini telah menginfeksi 11 juta orang.

Di Indonesia sendiri pasien baru yang terkonfirmasi positif covid-19 bahkan mencapai seribu orang dalam beberapa hari terakhir.

Para ilmuwan mulai menemukan bahwa virus corona mulai bermutasi dan lebih cepat untuk menyebar.

Baca Juga: Ridwan Kamil Sampai Geram, Aksi Manggung Rhoma Irama Berbuntut Panjang karena Hal Ini, Gubernur Jawa Barat: Kalo Gini yang Repot Siapa?

Sebuah studi global menemukan bukti tentang versi baru virus corona telah menyebar dari Eropa ke Amerika Serikat.

Mutasi baru virus corona ini lebih mungkin menginfeksi orang, tetapi disebut lebih tidak mematikan daripada variasi virus sebelumnya.

"Ini adalah bentuk dominan yang menginfeksi orang," kata peneliti Erica Ollmann Saphire dari La Jolla Institute for Immunology dan Coronavirus Immunotherapy Consortium kepada CNN.

Baca Juga: Datang dengan Gejala Covid-19, Pria Ini Meninggal Dunia Usai Ditolak oleh 18 Rumah Sakit, Berakhir Menyedihkan Menahan Sakit dan Tergeletak di Depan Pintu RS

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell tersebut didasarkan pada beberapa hasil temuan tim peneliti sebelumnya yang dirilis pada server pracetak di awal tahun ini.

Informasi yang dibagikan tentang urutan genetik mengindikasikan versi virus corona baru ini mengambil alih.

Tim saat ini tidak hanya memeriksa lebih banyak urutan genetik, tetapi juga menjalankan eksperimen yang melibatkan orang, hewan, dan sel dalam cawan laboratorium.

Baca Juga: Rumah Sakit Kelimpungan Hadapi Zona Hitam, Pemerintah Berencana Pindahkan Pasien Covid-19 yang Ada di Surabaya ke Pulau Terpencil Ini

Mereka menyebut, mutasi baru virus (G614) hampir sepenuhnya menggantikan versi pertama virus yang menyebar di Eropa dan AS (D614).

Profesor Onkologi Medis di Universitas Warwick di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Lawrence Young, menganggap penelitian ini sebagai kabar baik.

"Penelitian sementara menunjukkan varian G614 mungkin lebih menular, tetapi tidak lebih patogenik (menimbulkan penyakit)," kata dia.

Baca Juga: Diyakini Jadi Satu-satunya Cara Paling Ampuh Basmi Pandemi Covid-19, Vaksin Virus Corona Bakal Segera Hadir di Indonesia, Inilah Perkiraan Harganya!

Tim menguji sampel yang diambil dari pasien di seluruh Eropa dan AS dan lalu mengurutkan genom.

Genom adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme.

Mereka lantas membandingkan urutan genom ini dengan apa yang sudah dikenali secara publik.

Baca Juga: Sangat Dinantikan Seluruh Rakyat, Pemberian Vaksin Covid-19 di Indonesia Justru untuk Kalangan Terpilih Saja, Pemerintah Kurang Anggaran?

Pengurutan ini membantu mereka menggambar peta penyebaran kedua bentuk virus.

"Hingga 1 Maret 2020, varian G614 jarang ditemukan di luar Eropa, tetapi pada akhir Maret frekuensinya meningkat di seluruh dunia," catat mereka.

Meski begitu, ada pengecualian di beberapa lokasi, termasuk Santa Clara, California, dan Islandia, di mana bentuk lama virus corona tidak tergantikan dengan versi barunya.

Baca Juga: Digebrak Jokowi Sindir Kinerja Menteri, Menkes Terawan Mendadak Kunjungi Kota Surabaya Tinjau Penanganan Covid-19, Langsung Sidak Pasar Bersama Tri Rismaharini

Para peneliti mengungkapkan, virus versi baru itu tampaknya berkembang biak lebih cepat di saluran pernapasan bagian atas, yakni hidung, sinus, dan tenggorokan.

Itulah yang diduga menjadi penyebab mengapa virus ini menyebar lebih mudah.

Tes pada 1.000 orang pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit di Inggris menunjukkan temuan baru.

Baca Juga: Selama Pandemi Covid-19 Sekolah Berlakukan Belajar Jarak Jauh, Nadiem Makarim Sebut Cara Ini akan Jadi Permanen Meski Wabah Corona Berakhir, Siswa Bakal Belajar dari Rumah?

Didapati, keadaan mereka yang terinfeksi dengan virus versi baru ini tidak lebih buruk daripada mereka yang tertular virus sebelumnya.

Bette Korber, Ahli Biologi Teoritis dari Laboratorium Nasional Los Alamos menilai, penelitian itu menyoroti nilai disiplin yang ada saat ini perlu terus dilanjutkan.

Hal ini menurut dia penting untuk menghadapi serangan virus versi baru tadi.

Baca Juga: Gejala Baru Virus Corona, Seorang Pria yang Terjangkit Covid-19 Terkena Penyakit Priapisme yang Sebabkan Alat Vitalnya Menegang Selama Berjam-jam

Disiplin itu bisa ditegakkan dengan tetap memakai masker dan menjaga jarak.

Menurut Erica Ollmann Saphire, mutasi virus versi baru dapat dinetralkan dengan serum pemulihan.

Serum pemulihan adalah produk darah yang diambil dari enam orang pasien di San Diego yang telah pulih dari infeksi virus corona.

Baca Juga: Tak Sedikit Orang Kehilangan Pekerjaan karena Covid-19, ILO Soroti Hal Ini dan Ungkap Skenario Pemulihan, Ada 3 Cara! Apa Saja ya Solusinya?

"Kami ingin melihat apakah antibodi dalam darah mereka sama efektifnya dalam menetralkan virus baru dan virus lama. Dan hasilnya, iya. Itu melegakan," ungkap dia.

Kendati demikian, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk menguatkan temuan ini, serta melihat apa arti perubahan ini terhadap epidemi dan pasien.

"Ada konsekuensi potensial untuk vaksin. Kami secara aktif menyelidiki konsekuensi yang mungkin terjadi," kata David Montefiore dari Duke University.

Baca Juga: Ogah Tanggapi Rhoma Irama yang Bela Diri Habis-habisa Usai Gelar Konser di Tengah Covid-19, Bupati Bogor Ultimatum: Rhoma Irama Boleh Katakan Apa Saja, Tapi Proses Hukum Berjalan Terus

Selain itu, mereka tentu juga mengawasi kemungkinan mutasi lainnya.

"Kita mungkin bisa menghindari mutasi khusus ini, namun itu tidak berarti mutasi lain tidak bisa muncul. Kita harus tetap waspada," kata Saphire. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulVersi Baru Virus Corona Disebut Bisa Menyebar Lebih Cepat, tapi...

Editor : Hinggar

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya