Bak Keajaiban, Pasien Covid-19 Ini Sudah 91 Hari Dirawat Akhirnya Sembuh Berkat Isolasi Mandiri saat WFH, Ungkap Gejala Awalnya: Tarik Napas Aja Udah Gatel!

Kamis, 18 Juni 2020 | 12:01
Xinhua

(Ilustrasi) Bak Keajaiban, Pasien Covid-19 Ini Sudah 91 Hari Dirawat Akhirnya Sembuh Berkat Isolasi Mandiri saat WFH, Ungkap Gejala Awalnya: Tarik Napas Aja Udah Gatel!

GridStar.ID - Bak keajaiban bisa sembuh dari covid-19, pasien ini menceritakan seperti apa rasanya sembuh dari virus tersebut.

Berjuang selama 91 hari melawan corona, pasien ini bahkan menjalani aktivitas WFH.

Isolasi mandiri, selama 3 bulan Juno harus memperhatikan kondisi tubuhnya.

Baca Juga: Dilarang Mengobrol di Transportasi Umum, Droplet Bisa Bertahan Selama 15 Menit di Udara, Bahkan Virus Bisa Menempel Selama 5 Hari di Benda yang Kerap Kita Pegang Ini

Meski enggan menyebutkan nama lengkapnya, ia mengisahkan dirinya merasakan ada gejala Covid-19 pada 13 Maret 2020.

"Saya pertama bergejala tanggal 13 Maret, waktu itu batuk-batuk. Lalu tanggal 16 ke dokter, karena batuk makin menjadi, waktu nunggu dokter itu suhu badan mendadak naik demam," ujar Juno dilansir dari Kompas.com.

"Ketika kondisi itu, dokter langsung rujuk ke spesialis paru dan di sana saya difoto thorax dan disarankan untuk rawat inap pada 20 Maret," ujar karyawan berusia 35 tahun ini.

Baca Juga: Tembus 40 Ribu Kasus Covid-19, Ini 10 Daerah Paling Aman dari Infeksi Corona di Indonesia, Jumlah Pasiennya Paling Rendah!

Lalu, ada yang merekomendasikannya untuk dirawat di RS rujukan Covid-19, salah satunya Wisma Atlet.

Saat mondok di WA, Juno masih merasakan nyeri di dada dan batuk-batuk. Selama 1-5 hari karantina di WA, Juno diberikan obat-obatan seperti klorokuin, obat batuk, dan vitamin.

"Ketika menjalani perawatan di WA, saya menjalani lab rontgen, ada EKG, cek darah, dan pemeriksaan tensi. Dan saya juga mengalami keluhan lanjut, nyeri-nyeri di beberapa titik tubuh, ada muncul gangguan irama jantung," ujar Juno. "Saat di EKG, dokter bilang hasilnya bagus," lanjut dia.

Baca Juga: Sri Mulyani Blak-blakan Biaya Penanganan Corona: Realisasi Anggaran Kesehatan Masih Kecil, Baru 1,54 Persen!

Selain itu, Juno mengaku tidak stres saat berada di Wisma Atlet. Sebab, ia juga menjalin komunikasi dengan pasien lainnya melalui grup WhatsApp.

Tenaga medis dan para pasien di Wisma Atlet, imbuhnya saling mendukung satu sama lain.

Selama satu bulan di Wisma Atlet, ia pun telah melakukan tes swab sebanyak 4 kali dengan hasil 2 kali positif di awal, dan 2 kali negatif di akhir. Dengan hasil itulah Juno diperbolehkan pulang.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Muncul Ratusan Kasus Baru Corona di Beijing Setelah 2 Bulan Tanpa Penambahan, WHO Minta Semua Negara Waspada dan Bersiap Akan Hal Ini, Ada Apa?

"Jadi Covid ini penyakit yang repot, karena walaupun kita sudah dinyatakan sembuh atau negatif, tapi masih banyak keluhan-keluhan gejala awal. Masih ada sisa-sisa infeksi, setelah saya keluar dari WA, alhasil saya balik ke RS swasta yang sebelum dari WA," terang Juno.

Juno berpikir kembali ke RS swasta ini dikarenakan dokter dan beberapa tenaga medis sudah pernah menanganinya, jadi setidaknya mereka tahu kondisi dan riwayat Juno.

"Di RS swasta, saya menjalani banyak pemeriksaan, ada pemeriksaan jantung, karena kerasa tiba-tiba irama jantung berubah, tapi dokter jantung bilang masih aman meski badan sudah lemes banget," kata dia.

Baca Juga: Sempat Bikin Heboh, Terungkap Alasan China Suntik Virus Corona ke Anak Babi Lalu Dipotong untuk Jadi Makanan Babi Lainnya, Rupanya Ingin Tahu Hal Ini

Terkait kondisi tubuhnya yang justru memburuk, Juno sempat beranggapan ada yang aneh dengan tubuhnya atau pemeriksaan di Wisma Atlet (WA).

"Aneh juga, seteleh saya keluar dari WA dan ke RS swasta ini, Covid saya justru di atas normal, padahal sudah dinyatakan negatif," ujar Juno.

Seminggu sejak menjalani perawatan, Juno diberi tahu oleh ketiga dokter bahwa memang kondisi tubuhnya merupakan sisa-sisa dari efek penyakit Covid, penyembuhannya harus ekstra, dan irama jantung yang berbeda tetap sama namun dalam tingkat aman. "Dokter minta agar saya sabar," ujar Juno.

Baca Juga: Kabar Baik Bakal Berakhirnya Virus Corona! BIN dan Unair Klaim Temukan Obat Covid-19 dan Telah Terdaftar di BPOM, Akan Segera Diedarkan dalam Waktu Dekat

Juno pun kembali mejalankan isolasi mandiri di indekosnya usai hasil swab test dinyatakan negatif.

"Sampai sekarang pun masih ada kerasa gejala batuk, beda dari yang awal. Kalau awal itu enggak kira-kira, kita ambil napas itu gatel lagi, biasanya tarik napas aja udah gatel, dan batuk kering, kalo sekarang ada dahak," ujar Juno.

Meski begitu, Juno tetap menjalankan kewajibannya sebagai karyawan dengan keringanan work from home (WFH).

Baca Juga: Tak Bermaksud Mendahului Takdir, Luna Maya dan Ariel NOAH Disebut Mbak You Mutlak Tak Akan Berjodoh dalam Penerawangannya, Pintu Hati Sudah Tertutup karena Ini!

"Dia bilang kalau kondisi nyeri itu wajar, mungkin efek kena sequela-sequela, efek setelah saya kena suatu penyakit," lanjut Juno.

"Jadi, total dari saya pertama gejala sampai sekarang sudah 91 hari dilalui," kata dia.

"Covid-19 itu jelas ada, nyata. Kita harus mematuhi aturan-aturan itu saja, karena kalau kena penyakit ini, okelah bisa sembuh, tapi penyakit ini repot, kalau sembuh, syukur-syukur tidak kena keluhan lainnya," kata Juno.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Sudah Dinantikan Sekian Lama, Vaksin Pertama Covid-19 Mungkin Tak Membuat Kebal pada Corona, Kok Bisa?

"Itu saya ke RS swasta kan dua kali, yang pertama abis sekitar Rp 33 juta untuk 9 hari, dan yang kedua habis sekitar Rp 37 juta itu sekitar semingguan di sana, jadi total abis Rp 70 juta," ujar Juno.

Menurutnya, biaya tersebut terbilang besar dan ia pun bersyukur tidak mengalami gejala sesak napas di mana gejala ini juga muncul pada pasien Covid-19 lainnya.

Sebab, seorang pasien yang mengalami sesak napas tentu akan membutuhkan ventilator, di mana perawatan dengan alat tersebut bisa mencapai ratusan juta rupiah. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Juno, Survivor yang Berjuang Melawan Covid-19 Selama 91 Hari

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya