Virus Corona Disebut Mulai Bermutasi, Para Ahli Mulai Teliti Gejala Langka Pada Pasien Positif Covid-19, Apa Saja?

Sabtu, 23 Mei 2020 | 14:30
KOMPAS.COM

Ilustrasi virus corona

GridStar.ID - Virus corona hingga saat ini mulai berubah dan seakan bermutasi dengan lingkungan sekitarnya.

Bahkan di Indonesia sendiri pasien virus corona bukannya berkurang malah semakin meningkat pesat.

Tercatat di seluruh dunia ada 5,3 juta orang yang telah terinfeksi.

Baca Juga: Pilu! Bocah Berusia 2 Tahun yang Positif Virus Corona Ini Harus Berpisah dari Orang Tuanya untuk Jalani Karantina dan Lebaran Sendirian

Kini pasien virus corona memiliki gejala langka yang mulai diteliti.

Para peneliti menemukan gejala langka yang dialami pasien yang terinfeksi covid-19.

Apa saja gejala yang dialami?

Baca Juga: Bak Kebal Corona, Banyak Warga yang Nekat Belanja Baju Lebaran hingga Ngotot Mudik, Bima Arya Ungkap Susahnya Melawan Kultur: Merasa Ini Penyakit Orang Kaya

1. Kemungkinan infeksi jantung

Virus corona baru juga menimbulkan kerusakan pada jantung.

Dalam penelitian di China ditemukan satu dari lima pasien covid-19 disebutkan mengalami cedera jantung.

Hingga saat ini penelitian terus dilakukan untuk mengetahui kemungkinan virus ini bisa menginfeksi jantung.

"Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita harus merawat pasien saat ini.

Saat seorang laki-laki berusia 75 tahun datang dengan sakit di dada, apakah itu serangan jantung atau Covid-19?" kata Profesor Kardiologi di University Feinberg School of Medicine Robert Bonow.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Malah Semakin Meningkat dan Virus Corona Bermutasi, Ini yang Dikatakan Ahli! Bagaimana dengan Pencarian Vaksin?

2. Pembekuan darah yang misterius

Sebagian pasien dengan Covid-19 mengalami pembekuan darah.

Seorang dokter asal Jerman bernama Rudolf Virchow mengungkapkan 3 alasan pembekuan darah abnormal dapat terjadi.

Pertama jika lapisan dalam pembuluh darah terluka sehingga melepaskan protein yang memicu pembekuan.

Kedua, gumpalan dapat terbentuk jika aliran darah menjadi stagnan.

Ketiga, pembuluh darah dapat menjadi kacau karena trombosit atau protein sirkulasi yang memperbaiki luka.

Kondisi ini biasanya terjadi karena penyakit bawaan, tetapi juga dapat dipicu oleh peradangan sistemik.

Hingga saat ini belum diketahui alasan kenapa gumpalan darah akibat covid-19 sangatlah kecil dan bisa mengisi ratusan organ.

Baca Juga: Sempat Menjadi Zona Merah, Kota Ini Bebas Covid-19 dan Akhiri PSBB Jelang Lebaran, Apa yang Dilakukan Pemerintah Daerah Untuk Menangani Covid-19?

3. Stroke yang tidak terduga

Kemungkinan pembekuan darah bisa menjelaskan kenapa pasien covid-19 muda tanpa risiko jantung menderita stroke.

Hampir semua hal (neurologis) yang kita lihat sekarang pada Covid-19 adalah hal-hal yang mungkin telah Anda perkirakan akan terjadi" kata Kenneth Tyler, Ketua Departemen University of Colorado School of Medicine.

Sebagian besar stroke yang dilaporkan pada pasien Covid-19 adalah iskemik, artinya gumpalan menyumbat salah satu pembuluh yang memasok darah ke otak.

Namun, hingga kini, belum dapat dijelaskan bagaimana stroke dan pembekuan darah mungkin terjadi secara umum pada pasien virus corona tersebut.

Baca Juga: Lakukan Protes Karena Kekurangan APD dan Masker Karena Covid-19, Dokter Ini Malah Dipukuli Hingga Tergeletak dan Diseret ke Rumah Sakit Jiwa

4. Inflamasi otak

Ada laporan yang menghubungkan pasien covid-19 yang mengalami radang otak dan sindrom yang jarang terjadi yang disebut Guillain-Barre.

Hal ini membuat sistem kekebalan tubuh akan menyerang saraf penderita.

Pada kasus yang ringan, seorang penderita radang otak atau ensefalitis akan mengalami gejala seperti flu, sedangkan pada kasus yang parah akan menyebabkan kejang, kelumpuhan, dan kebingungan.

Baca Juga: Ngotot Kosumsi Obat Demam Berdarah untuk Cegah Virus Corona, Aksi Donald Trump Bikin Geger Para Ilmuwan Dunia yang Beri Peringatkan Efek Samping Membahayakan

5. Ruam

Gejala baru pada covid-19 ditemukan luka pada kulit seperti ruam, covid toe.

Gejala ini dialami anak-anak dan mirip dengan sindrom Kawasaki.

Gejala-gejala ini masih diperlukan lebih banyak penelitian yang lebih lanjut.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Italia, mengidentifikasi ruam terjadi pada 20 persen pasien covid-19.

Sedangkan di Wuhan menyebutkan ada 0,2 persen pasien yang mengalami hal tersebut. (*)

Editor : Hinggar

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya