Bukan Wuhan atau AS, Sarang Virus Corona Terbesar Dunia Ternyata di Lokasi Ini, Ahli Menyebut: Sebaiknya Kita Tidak Main-Main

Jumat, 22 Mei 2020 | 04:15
TRIBUNNEWS.COM

Sarang virus corona terbesar di dunia akan terdapat di lokasi ini, bukan di Wuhan atau AS

GridStar.ID – Pandemi virus corona yang terjadi hampir di seluruh pelosok dunia belum juga berakhir dengan tuntas.

Kasusnya sendiri masih menunjukkan pelonjakan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Para ahli menyebut, sarang virus corona terbesar di dunia justru diprediksi ada di lokasi yang tak terduga.

Baca Juga: Bukannya Beri Contoh, Wali Kota Ini Langgar Aturan Pandemi Corona, Ini yang Dilakukan Saat Akan Ditangkap Polisi

Seperti dilansir dari Tribunnews, sarang penyakit mematikan itu kelak bukan di Wuhan (China) atau di Amerika Serikat sebagaimana terjadi saat ini.

Seperti diketahui kasus covid-19 pertama kali terdeteksi tahun lalu di Wuhan, China.

Ahli menyebut bahwa ada tempat yang akan jadi sarang virus corona terbesar di dunia.

Baca Juga: Jadi Senjata dalam Bertugas, Seorang Perawat Pasien Virus Corona Ini hanya Pakai Bikini di Balik APD yang Tembus Pandang, Kelakuannya Justru Dibanjiri Dukungan

Ahli justru mengungkap hutan Amazon di Brasil sebagai tempat yang berpotensi menjadi sarang virus corona.

Hal ini diungkapkan Ahli Ekologi Brasil, David Lapola, yang memperingatkan bahwa pandemi berikutnya bisa datang dari hutan hujan tropis Amazon.

David Lapola menyebutkan bahwa penyebabnya adalah terjadi deforestasi alias perusakan hutan Amazon, Brasil yang merajalela, yang telah menghancurkan habitat hewan.

Baca Juga: Pencarian Vaksin Virus Corona Menemukan Secercah Harapan, Peneliti Ungkap Hasil Penemuannya yang Dinilai Memuaskan

Para peneliti mengatakan urbanisasi daerah yang dulu liar, berkontribusi terhadap munculnya penyakit zoonosis- yang berpindah dari hewan ke manusia, termasuk virus corona.

Apalagi virus corona diyakini para ilmuwan berasal dari kelelawar sebelum ditularkan ke manusia di provinsi Hubei, yang mengalami urbanisasi.

Lapola, yang mempelajari bagaimana aktivitas manusia akan membentuk kembali ekosistem hutan tropis di masa depan, mengatakan bahwa proses yang sama juga berlaku di Amazon.

Baca Juga: Bikin Sensasi di Tengah Wabah Corona Ngaku Bakal Lelang Keperawanannya Rp2 Miliar, Sarah Keihl Ternyata Pebisnis yang Kaya Raya Sejak Lahir

"Amazon adalah tempat penyimpanan virus yang sangat besar," katanya kepada AFP dalam sebuah wawancara.

"Sebaiknya kita tidak main-main," tambah Lapola.

Hutan hujan terbesar di dunia itu menghilang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Baca Juga: Dianggap Sebagai Pesan Tuhan untuk Tetap di Rumah, Asap Hitam Tanpa Henti Mengepul Saat Mayat Pasien Covid-19 Dikremasi dan Turun Hujan Es Berbentuk Virus Corona di Kota Ini

Tahun lalu, di tahun pertama pemerintahan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, deforestasi di Amazon Brazil melonjak 85 persen, menjadi lebih dari 10.000 kilometer persegi (3.900 mil persegi) - sebuah wilayah yang hampir seukuran Lebanon.

Tren ini sepertinya akan terus berlanjut tahun ini.

Dari Januari hingga April, 1.202 kilometer persegi dihilangkan, menetapkan rekor baru untuk empat bulan pertama tahun ini, menurut data berdasarkan gambar satelit dari National Space Research Institute (INPE) Brasil.

Baca Juga: Rakyat Indonesia Perlu Belajar dari Sini! Negara Ini Langsung Masuk Peringkat 5 Terparah Setelah Presidennya Remehkan Covid-19

Itu adalah berita buruk, tidak hanya untuk planet ini tetapi untuk kesehatan manusia, kata Lapola, yang memegang gelar PhD dalam pemodelan sistem bumi dari Max Planck Institute di Jerman dan bekerja di University of Campinas di Brasil.

"Ketika Anda menciptakan ketidakseimbangan ekologis, saat itulah virus dapat melompat dari hewan ke manusia," katanya.

Pola serupa dapat dilihat dengan HIV, Ebola dan demam berdarah.

Baca Juga: Bak Angin Segar, Paranormal Termuda yang Sering Dapat Penghargaan Ini Ungkap Virus Corona Bakal Berakhir dalam Hitungan Hari, Begini Menurut Perhitungannya!

"Semua virus yang muncul atau menyebar dalam skala besar karena ketidakseimbangan ekologis," kata Lapola.

Sejauh ini, sebagian besar wabah tersebut telah terkonsentrasi di Asia Selatan dan Afrika, sering dikaitkan dengan spesies kelelawar tertentu.

Tetapi keanekaragaman hayati besar Amazon bisa menjadikan kawasan itu, "Kumpulan virus corona terbesar di dunia," kata Lapola, merujuk pada coronavirus secara umum, bukan yang berada di belakang pandemi saat ini.

Baca Juga: Sesumbar Sebut Virus Corona Itu Konspirasi dan Anggap Enteng, Pria Ini Taubat Ngaku Salah Setelah Tergeletak di Rumah Sakit karena Ikut Terinfeksi: Ini Menyedihkan!

"Itu satu alasan lagi untuk tidak menggunakan Amazon secara tidak rasional, seperti yang kita lakukan sekarang," kata Lapola.

Dan satu alasan lagi yang perlu diwaspadai oleh lonjakan deforestasi oleh petani ilegal, penambang dan penebang, ia menambahkan.

Bolsonaro, seorang skeptis perubahan iklim yang ingin membuka tanah adat yang dilindungi untuk pertambangan dan pertanian, mengerahkan pasukan ke Amazon minggu ini untuk memerangi deforestasi, dalam suatu langkah perlindungan yang langka.

Baca Juga: Pemerintah Geser Cuti Bersama, Libur Lebaran 2020 Hanya Dua Hari

Tapi Lapola mengatakan dia lebih suka melihat pemerintah memperkuat badan lingkungan yang ada, IBAMA, yang telah menghadapi pengurangan staf dan anggaran di bawah Bolsonaro.

"Saya berharap di bawah pemerintahan berikutnya kita akan lebih memperhatikan melindungi apa yang mungkin menjadi harta karun biologis terbesar di planet ini," kata Lapola.

"Kita perlu menemukan kembali hubungan antara masyarakat kita dan hutan hujan," tambah Lapola.

Baca Juga: Angin Segar Pandemi Ini Segera Berakhir, 5 Kabar Baik Tentang Virus Corona Datang Lagi, Salah Satunya Disampaikan dari Orang Nomor Satu di Indonesia, Apa Itu?

Jika tidak, dunia menghadapi lebih banyak wabah - "proses yang sangat kompleks yang sulit diprediksi," katanya.

Artikel ini telah tayang diWartakotalivedengan judul Sarang Corona Terbesar Diprediksi Bukan di China atau AS, Tapi di Amazon, Begini Penjelasannya.(*)

Tag

Editor : Yunus

Sumber tribunnews