GridStar.ID - Istilah lockdown menjadi kata yang tidak asing saat ini.
Banyak negara menerapkan lockdown untuk negaranya demi mencegah penyebaran virus corona yang lebih meluas.
Tak hanya terjadi di berbagai negara yang melakukan lockdown, para ahli mengatakan bahwa Matahari juga mengalami lockdown.
Dilansir dari nypost.com pada Sabtu (16/5/2020), Matahari kita, yang merupakan pusat tata surya saat ini telah berada dalam periode 'solar minimum' atau 'minimum Matahari'.
Artinya aktivitas di permukaannya telah turun secara drastis.
Apakah kita harus waspada?
Jawabannya ya. Sangat.
Sebab, ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi.
"Hal ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan mereka yang berada di kutub."
"Lalu juga memengaruhi elektro-kimia atmosfer di atas Bumi dan dapat membantu memicu petir."
Dengan kondisi ini, maka para ahli percaya bahwa kita akan memasuki periode terdalam dari 'resesi' sinar Matahari, yang pernah tercatat sebagai bintik Matahari telah menghilang.
"Solar Minimum sedang berlangsung dan ini sangat dalam," kata astronom Dr. Tony Phillips.
"Dalam hitungan, kondisi Matahari saat ini adalah salah satu yang terdalam pada abad ini."
"Di mana medan magnet Matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya."
Belum selesai.
Ilmuwan NASA itu khawatir bahwa kondisi ini bisa mengulang kejadian antara tahun 1790 dan 1830 yang disebut Dalton Minimum.
Di mana kondisi tersebut mengarah pada periode musim dingin yang brutal, kehilangan panen yang mengakibatkan kelaparan, dan letusan gunung berapi yang kuat.
Saat itu, kondisi suhu merosot hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) selama 20 tahun dan menghancurkan produksi pangan dunia.
Pada 10 April 1815, letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di mana Gunung Tambora di Indonesia meletus dan menewaskan sedikitnya 71.000 orang.
Ini juga menyebabkan 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816 dan ada salju di bulan Juli. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari.grid.id dengan judulPeringatan! Ilmuwan NASA Ini Sebut Matahari Memasuki Periode 'Lockdown', Bisa Sebabkan Kelaparan, Gunung Api Meletus, hingga Cuaca Dingin yang Ekstrim