Demi Bertahan Hidup, Penjarahan Mulai Terjadi di Italia Usai Wabah Corona Tewaskan 10.000 Orang, Polisi Bersenjata Lengkap Amankan Supermarket, Pelaku Menjerit: Kami Tak Punya Uang, Kami Butuh Makan!

Senin, 30 Maret 2020 | 08:30
Batam.tribunnews.com

Demi Bertahan Hidup, Penjarahan Mulai Terjadi di Italia Usai Wabah Corona Tewaskan 10.000 Orang, Polisi Bersenjata Lengkap Amankan Supermarket, Pelaku Menjerit: Kami Tak Punya Uang, Kami Butuh Makan!

GridStar.ID - Akibat wabah corona di Italia, penjarahan mulai terjadi sebagai efek kacaunya ekonomi.

Baru-baru ini polisi bersenjata lengkap melindungi supermarket di Sisilia, Italia, usai adanya laporan penjarahan.

Diketahui, wabah corona di Italia telah menewaskan lebih dari 10.000 pasien.

Baca Juga: Bak Mimpi Buruk! Menjadi Negara dengan Jumlah Kematian Terbanyak di Dunia, Situasi di Negara Ini Tak Kunjung Membaik: Masih Akan Terus Mengalami Lonjakan Kasus Covid-19

Dilansir AFP Minggu (29/03), wabah virus corona adalah kondisi darurat yang dihadapi Italia sejak Perang Dunia II silam.

Secara perlahan, lockdown yang sudah berlangsung selama tiga pekan itu sudah menggerus ekonomi terbesar ketiga di Uni Eropa tersebut.

Rasa putus asa itu dilaporkan mulai dirasakan oleh penduduk di Region Sisilia, salah satu daerah berkembang di Negeri "Pizza".

Baca Juga: Awan Panas Merapi Disebut Membentuk Sosok Ini, Benarkah Pertanda Baik Atas Berakhirnya Wabah Virus Corona? Wirang Birawa Sebut Tokoh Pewayangan

Berdasarkan pemberitaan harian La Repubblica, sekelompok orang memasuki supermarket di Palermo dan pergi tanpa membayar.

"Kami tidak punya uang untuk membayar. Kami butuh makan."

Begitulah teriakan salah seorang dari kelompok tersebut kepada petugas kasir.

Baca Juga: Ditanya Perihal Berakhirnya Virus Corona, Mbak You Malah Beberkan Akan Ada Bencana Lain Menyusul yang Tak Kalah Bikin Gonjang-ganjing: Satu Tahun Ini Jungkir Balik!

Di kota lain di Sisilia, Corriere della Sera memberitakan pemilik toko kecil ditekan oleh penduduk sekitar untuk memberi makanan.

Corriere menulis bahwa "bom waktu" tengah berdetak di region berpopulasi lima juta, dan mencatat 57 korban tewas karena Covid-19.

Kekhawatiran disuarakan oleh Giuseppe Provenzano, menteri yang mengurus daerah selatan Italia, kepada harian La Repubblica.

Baca Juga: Sumbang APD ke Tenaga Medis, Nikita Mirzani Terang-terangan Semprot Sosok Ini Usai Dirinya Dituding Sesumbar Pamerkan Sedekah: Enggak Usah Ngajarin Gue Sodaqoh!

"Saya takut kekhawatiran yang diutarakan masyarakat, kesehatan, pemasukan, hingga masa depan, bakal berubah menjadi kemarahan jika krisis ini terus berlanju," terangnya.

Jurnalis AFP yang berada di lokasi mengabarkan, empat polisi berpakaian lengkap berjaga di depan salah satu supermarket di Palermo.

Mereka berjaga dalam diam di tengah hari hujan, dengan tangan berada di belakang, serta wajah mereka yang tertutup topeng hijau.

Baca Juga: Gembar-Gembor Virus Mematikan, Mbah Mijan Tak Percaya jika Covid-19 Hanya Sekadar Wabah Belaka, Curigai Konspirasi dan Propaganda Ini di Baliknya: Mereka Produksi 3 in 1 Virus!

Mereka tidak berinteraksi dengan para pengunjung, dengan sikap diam mereka seolah menunjukkan pemerintah masih menguasai situasi.

Carmelo Badalamenti, warga setempat yang mendorong troli merah berisi barang belanjaannya, mengecam sikap yang ditunjukkan pelaku.

"Melakukan penjarahan di toko bahan kebutuhan pokok tidak akan menyelesaikan apa pun," ujar dia.

Baca Juga: Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kuak Fakta, Ini 5 Penyebab Angka Kematian Pasien Virus Corona di Indonesia Tinggi, Masyarakat Harus Waspada!

Di Roma, Perdana Menteri Giuseppe Conte sudah menyadari. Karena itu, dalam pernyataan yang ditayangkan televisi Sabtu malam (28/03), dia menjanjikan voucher bagi yang tak bisa membeli makanan.

"Kami tahu kalian menderita. Tapi negara tetap hadir," tegas dia. Roma mengucurkan dana 400 juta euro (Rp 7,2 triliun) untuk program pangan darurat. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jeritan Pelaku Penjarahan Supermarket di Tengah Lockdown Italia: Kami Butuh Makan

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya