GridStar.ID - Belum usai dengan virus corona yang menjadi musuh banyak orang diberbagai negara, kini orang-orang digegerkan oleh virus yang lainnya.
Hantavirus menjadi pembahasan setelah seorang pria meninggal di dalam bus.
Ya, pria tersebut meninggal karena hanta virus dan bukan karena virus corona yang sedang dihindari banyak orang.
Peristiwa tersebut sempat ramai di media sosial twitter.
Dikutip dari China Global Times, seorang pria asal Yunnan meninggal dunia saat sedang berada di perjalanan pulang menuju Provinsi Shandong pada Senin (23/03).
Karena hal tersebut, seluruh orang yang ada di dalam bus sebanyak 32 orang pun menjalani tes untuk mengetahui penularannya.
Dari pemeriksaan pasien diketahui tak ada kaitan kematiannya karena virus corona, lebih lanjut ia terinfeksi hanta virus setelah melakukan tes nukleus acid.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan (CDC) AS, hantavirus penyebarannya diawali dari hewan pengerat seperti tikus dan bisa menyebabkan penyakit pada manusia.
Hantavirus bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti hantavirus pulmonary syndrome (HPS), demam berdarah, dan bahkan sindrom ginjal (HFRS).
Ia bisa menular jika orang menyentuh urine, tinja dan air liur tikus atau mengami gigitan hewan perantara virus yang terinfeksi.
Virus ini tak bisa menyebar melalui udara.
Mereka yang mengalami HPS biasanya akan merasa lelah, tak enak badan, demam, dan nyeri otot disertai dengan sakit kepala, pusing, meriang dan sakit perut.
Potensi kematian seseorang yang tak segera mengobati infeksi ini sebesar 38 persen, karena penyakit ini menyebabkan batuk dan sesak napas.
Hal ini juga mungkin akan terjadi da penderita HFRS, namun penyakit ini memiliki gejala tambahan seperti tekanan darah rendah, syok akut, kebocoran pembuluh darah, dan gagal ginjal akut.
HPS tak bisa ditularkan dari satu orang ke yang lainnya, sedangkan HFRS antarmanusia jarang terjadi.
Hantavirus ditemukan ketika 3.000 tentara Amerika di Korea Selatan di tahun 1951-1954.
Virus ini kemudian menyebar ke Amerika dan menyebabkan kematian karena gagal jantung.
Infeksi ini lebih banyak ditemukan di China dan Korea.
Vaksin untuk penyakit ini juga telah ditemukan dan berasal dari jaringan garbil dan hamster dan banyak diproduksi. (*)