"Allahummaghfìrlahu war hamhu wa ‘aafìhìì wa’fu anhu, wa akrìm nuzuulahu wawassì’ madkholahu, waghsìlhu bìl maa’ì watssaljì walbaradì, wa naqqìhì, mìnaddzzunubì wal khathaya kamaa yunaqqatssaubul abyadhu mìnad danasì.
Wabdìlhu daaran khaìran mìn daarìhì wa zaujan khaìran mìn zaujìhì. Wa adkhìlhul jannata wa aìdzhu mìn adzabìl qabrì wa mìn adzabìnnaarì wafsah lahu fì qabrìhì wa nawwìr lahu fìhì.”
Artinya:
“Ya Allah, berilah ampunan dan rahmat kepadanya. Berikanlah keselamatan dan berikanlah maaf kepadanya. Berikanlah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran.”
“Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, istri yang lebih baik dari istrinya. Masukkanlah dia ke dalam surga, berikanlah perlindungan kepadanya dari azab kubur dan azab neraka. Lapangkanlah baginya dalam kuburnya dan terangilah dia di dalamnya.” (HR. Muslim).
3. Merenung dan menjaga sikap
Setelahnya, renungkan keadaan orang yang telah dikubur dan telah terpisah dari keluarga serta orang-orang yang dicintainya.
Orang yang berziarah juga hendaknya merenungkan bagaimana impian mereka yang telah pupus dan bagaimana harta mereka sudah tidak lagi menolong mereka.
Dan renungkan tentang giliran bagi dirinya menjadi orang-orang yang mendahuluinya di mana harta, teman, dan apapun yang dimiliki di dunia kecuali amal saleh, tidak dapat menolongnya.
Selain itu, hindari bicara yang tidak pantas selama ziarah kubur dan jangan hanya berkeliling-keliling saja karena dianggap seperti perbuatan hewan. (*)