GridStar.ID - Belum usai dengan adanya varian baru virus corona yang ada di Inggris, kini varian baru virus tersebut kembali ditemukan di Jepang.
Varian baru virus corona yang dilaporkan ditemukan di Jepang ini disebut berbeda dengan yang ditemukan di Inggris.
Temuan tersebut dilaporkan oleh National Institute of Infectious Disease (NIID) Jepang pada Minggu (10/01).
Dalam laporannya, varian virus baru corona itu ditemukan pada empat turis asal Brasil.
Dikutip dari Kompas.com, empat turis tersebut terdiri dari:
- Seorang pria berusia 40-an, yang ditemukan tidak menunjukkan gejala setibanya di Jepang, namun dirawat di rumah sakit karena kondisi pernapasannya memburuk.
- Seorang wanita berusia 30-an, yang melaporkan sakit tenggorokan dan sakit kepala.
- Satu remaja pria berusia antara 10-19 tahun yang mengalami demam.
- Satu remaja perempuan berusia di atas usia 10 tahun yang tidak menunjukkan gejala.
Varian virus yang ditemukan di Jepang tersebut masuk dalam jenis B.1.1.248 dan memiliki 12 mutasi pada protein berbentuk paku di sisi luar virus.
Setelah mendapatkan laporan tersebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa temuan varian baru yang lebih menular akan menjadi masalah besar bagi rumah sakit.
"Semakin luas virus menyebar, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya perubahan pada virus," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari Kompas.com pada Senin (11/01).
"Hal ini dapat mendorong lonjakan kasus dan rawat inap, yang sangat bermasalah bagi petugas kesehatan dan rumah sakit yang sudah hampir mencapai titik puncaknya," sambungnya.
Tedros pun menghimbau agar anjuran memakai masker, menjaga jarak fisik dan mencuci tangan tetap dilakukan masyarakat.
Sebelumnya, varian baru virus corona ditemukan di Inggris dengan varian yang diidentifikasi sebagai SARS-CoV-2 VOC 202012/01 pada 14 Desember 2020.
Temuan awal tersebut menyebutkan bahwa varian baru tersebt disebut sangat mudah menular.
Diketahui dalam waktu kurang dari sebulan tepatnya pada 30 Desember 2020 varian baru virus corona tersebut diketahui telah tersebar di 31 negara dan wilayah lain di seluruh dunia. (*)