Sehingga untuk studi baru ini, para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine di Jepang, membuat model kulit menggunakan sampel kulit manusia yang diperoleh dari otopsi.
Sampel dikumpulkan kira-kira satu hari setelah kematian.
Para penulis mencatat bahwa bahkan 24 jam setelah kematian, kulit manusia masih dapat digunakan untuk cangkok kulit.
Itu artinya sebagian besar fungsinya tetap ada selama beberapa waktu setelah kematian.
Dengan demikian, sampel yang dikumpulkan bisa menjadi model yang cocok untuk kulit manusia.
Bertahan 9-11 jam
Dengan sampel kulit itu ditemukan bahwa SARS-CoV-2 bertahan selama 9,04 jam. Sedangkan untuk virus influenza A selama 1,82 jam.
Ketika virus ini bercampur dengan lendir, meniru pelepasan partikel virus dalam batuk atau bersin, SARS-CoV-2 bertahan lebih lama, yaitu sekitar 11 jam.
Kedua virus tersebut bisa dimatikan atau dinonaktifkan dengan menggunakan hand sanitizer mengandung etanol 80 persen setelah 15 detik.