GridStar.ID - Masih ingatkah dengan Syekh Puji?
Ya, dahulu ia buat membuat heboh karena menikahi gadis dibawah umur bernama Lutfiana Ulfa.
Saat itu, Lutfiana Ulfa malah dijadikan istri kedua oleh Syekh Puji.
Tak cukup dengan kehebohan itu, Syekh Puji kembali membuat geger publik dengan kabar menikah siri dengan anak berusia 7 tahun.
Karena ulahnya, ia terancam hukuman 20 tahun penjara hingga kebiri kimia.
Sekian tahun berlalu, kini ada kabar terbaru dari Syekh Puji yang tersebar di media sosial Facebook.
Syekh Puji, pengusaha dan pemimpin Ponpes Miftahul Jannah Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang diketahui mewakafkan tanahnya kepada sebuah pondok pesantren, Selasa (19/7/2022) dikutip dari Tribun Jateng.
Kabar yang beredar, Syekh Puji mewakafkan sebidang tanahnya di Bedono sekitar 9.900 meter persegi untuk pembangunan Ponpes Hidayatul Muttadin Lirboyo Kediri.
Dari sebuah video yang beredar, Syekh Puji tampak membuktikan niat wakafnya tersebut dalam ikrar wakaf di kediamannya di depan perwakilan Ponpes Lirboyo dan para perwakilan lain.
Yakni dzuriah muda Pondok Lirboyo dan Himasal Temanggung, Magelang, Semarang.
“Dengan ini saya mewakafkan sebidang tanah hak milik saya berupa tanah, sertifikat, HGB Nomor 13 di Desa Bedono yang terletak di Dusun Ngangkruk kepada Ponpes Hidayatul Muttadin Lirboyo Kediri untuk keperluan pendidikan keagaman islam pondok pesantren pondok salafiyah."
"Demikian ikrar ini saya buat atas kehendak sendiri tanpa ada unsur paksaan daripada manapun,” ungkapnya dalam video tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Syekh Puji juga menyempatkan diri untuk bercanda mengenai pengalaman dirinya di masa lalu yang pernah terjerat hukum
“Sehingga sah menurut hukum, karena saya pernah dihukum,” candanya, diikuti tawa orang-orang di sekitarnya.
Tak mengherankan jika Syekh Puji bisa mewakafkan tanahnya, karena kekayaan Syekh Puji mencapai Rp 70,6 Miliar.
Syekh Pujiono tercatat sebagai calon bupati Semarang terkaya dengan total kekayaan sebesar 70,6 Miliar pada tahun 2005.
Bisnis kerajinan kaligrafi berlapis kuningan melalui PT Sinar Lendoh Terang (Silenter) yang diekspor dengan pendapat bersih lebih dari Rp 300 juta perbulan merupakan salah satu bisnis yang dimilikinya.
Sebelum sukses seperti saat ini, Syekh Puji mengalami perjuangan yang cukup panjang yang sulit dan keras.
Dahulu ia sempat merantau ke Jakarta menjalani profesi sebagai penjaja jagung bakar selama dua hari, kuli bangunan selama dua minggu, dan sebagai kernet selama satu bulan.
"Bekal sebagai sales di sebuah perusahaan Amerika yang ada di Jakarta lah saya menjalani wiraswasta," kata Pujiono.
Sebagai sales, Syekh Puji menjalani profesinya dengan cara berbeda dari sales lain.
"Sales lain selalu saja diarahkan oleh manajer. Itu cara yang biasanya," katanya.
Syekh Puji menjelaskan, cari cara yang lain.
"Jika, sales lain baru bekerja setelah mendapat pengarahan dari manajernya, saya justru sudah berengkat kerja selepas subuh," katanya.
"Hasilnya, lima tahun berprofesi sebagai sales, sudah terkumpul Rp 450 juta," kata Syekh Puji
Dengan uang tersebut, ia gunakan sebagai modal membuka usaha di Semarang pada 1990.
Ia menambahkan, agar menjadi pengusaha sukses harus menjadi pengusaha yang murni dan menciptakan hal baru.
"Aqua misalnya, dikenal karena punya inisiatif membuat air minum kemasan," katanya.
Syekh puju menambahkan, alasannya memilih usaha Kaligrafi dengan media kuningan karena pada saat itu masih terbilang langka. (*)