GridStar.ID - Hingga saat ini Covid-19 masih terjadi terjadi di tanah air.
Terlebih saat ini mutasi Covid-19 terus terjadi dan telah ditemukan subvarian omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia.
Sampai tanggal 12 Juni lalu, tercatat ada temuan kasus covid-19 sebanyak 20 kasus yang ada di Bali, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
"Ada tambahan per tanggal 12 Juni kemarin itu 12 orang dengan yang di BA.4 dan BA.5, jadi ada 20 kasus," kata Syahril, pihak Kementerian Kesehatan dikutip dari Kompas.com pada Kamis (16/06).
Menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, puncak kasus Covid-19 dari penularan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diprediksi terjadi pada minggu kedua atau ketiga di bulan Juli.
"Jadi seharusnya di minggu kedua Juli (atau) minggu ketiga Juli kita akan melihat puncak kasus dari BA.4 BA.5 ini," kata Budi pada Senin (13/06).
Pasien dari BA.4 dan BA.5 yang dirawat di rumah sakit diprediksi hanya sepertiga dari kasus Delta dan Omicron.
"Jadi walaupun memang BA.4 dan BA.5 ini menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara di dunia, tetapi puncak dari kenaikan kasusnya maupun hospitalisasinya maupun kematiannya jauh lebih rendah dibandingkan Omicron yang awal," jelasnya.
Lalu siapa saja kelompok rawan bergejala infeksi omicron BA.4 dan BA.5?
Bagi seseorang yang telah memiliki imunitas melalui vaksin dosis ketiga dan kedua jika terinfeksi subvarian baru umumnya tidak akan bergejala atau gejala ringan.
Baca Juga: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Bali, Ini Gejala yang Dialami Orang yang Terpapar
Mereka yang merupakan kelompok rawan mungkin akan mengalami beberapa gejala jika terinfeksi.
Mereka antara lain adalah lansia dan anak-anak.
"Kelompok yang rawan seperti lansia, kemudian anak bahkan di bawah 5 tahun khususnya, mereka itu ketika terpapar otomatis mayoritas akan bergejala," ujar Dicky Budiman, Epidemiolog Griffith University Australia.
Berikut ini gejala yang akan dialami oleh orang yang terpapar BA.4 dan BA.5:
- Batuk Hidung tersumbat
- Demam
- Mual atau muntah
- Sesak napas
- Diare
- Anosmia atau ageusia. (*)