Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Bali, Ini Gejala yang Dialami Orang yang Terpapar

Minggu, 12 Juni 2022 | 15:02
kompas.com

Ilustrasi corona virus

GridStar.ID - Virus Covid-19 masih terus bermutasi hingga saat ini.

Varian Covid-19 yang terbaru adalah subvarian omicron BA.4 dan BA.5.

Bahkan subvarian omicron ini dikabarkan telah terdeteksi di Bali.

Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril.

Virus corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini menginfeksi 4 orang yang terdiri dari 1 Warga Negara Indonesia (WNI) dan 3 Warga Negara Asing (WNA).

"Yang BA.4 ini itu laki-laki 27 tahun WNI, kemudian 3 orang ini masuk subvarian BA.5, semuanya laki-laki merupakan delegasi pertemuan The Global Platform Disaster Risk Reduction di Bali tanggal 23-28 Mei," kata Syahril, dikutip dari Kompas.com.

Kasus pertama di Indonesia

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito juga membenarkan adanya kasus konfirmasi Omicron BA.4 dan BA.5 di Bali.

Kasus konfirmasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 merupakan kasus pertama yang tercatat di Indonesia.

Pihak Satgas Covid-19 mengaku telah melakukan penanganan sesegera mungkin agar varian baru itu tidak menyebar ke wilayah Indonesia lainnya.

Baca Juga: Sempat Viral Karena Penyataannya yang Tak Percaya dengan Covid-19, Dokter Lois Owien Dikabarkan Meninggal Dunia

"Kasus positif pertama varian baru tersebut sudah ditangani cepat termasuk diisolasi sehingga diharapkan tidak terjadi meluasnya penularan termasuk lintas daerah," jelas Wiku saat dihubungi oleh Kompas.com (11/6/2022).

Lantas apa penyebab dan gejala Omicron A.4 dan BA.5 yang terdeteksi di Bali itu?

Gejala Omicron BA.4 dan BA.5 Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI Purn dr Alexander K Ginting Sp.P(K) menyebutkan, gejala yang ditimbulkan oleh Omicron BA.4 dan BA.5 merupakan gejala klinis ringan bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi.

"Bagi yang sudah vaksinasi lengkap klinis ringan, flu ringan, panas dingin ringan," tuturnya.

Namun, gejala klinis tersebut bisa menjadi berat apabila Omicron BA.4 dan BA.5 menginfeksi orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap atau memiliki komorbid.

Adapun gejala yang ditemukan pada kasus konfirmasi di Bali, Syahril mengatakan bahwa ada pasien tidak bergejala dan yang bergejala ringan.

"Kondisi klinis WNI yang terpapar BA.4 tidak bergejala. Sementara, 2 WNA juga tidak mengalami gejala dan 1 WNA mengalami gejala ringan," tutur Syahril.

Satu pasien yang bergejala ringan tersebut mengalami sakit tenggorokan.

Kendati demikian, Syahril mengatakan bahwa seluruh pasien tersebut sudah mendapatkan vasinasi Covid-19.

"Mereka rata-rata sudah divaksin bahkan sudah ada empat kali vaksin," imbuhnya.

Baca Juga: Begini Kondisi Kos-Kosan 23 Pintu Milik Almarhumah Lina Jubaedah yang Dituntut Teddy Pardiyana Jadi Hak Miliknya, 2 Tahun Terbengkalai dan Tak Terisi Penyewa Gegara Covid-19

Kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada awal tahun ini dan kini telah menjadi varian dominan di negara tersebut.

Artinya, varian ini telah melampaui subbarian lainnya seperti BA.1, BA.2, dan menggeser wabah Covid-19 yang pertama kali menyebar.

Penularan Covid-19 masih terjadi di masyarakat Ginting menuturkan bahwa penyebab munculnya subvarian Omicron A.4 dan BA.5 disebabkan oleh beberapa faktor.

Menurutnya, temuan kasus konfirmasi Omicron A.4 dan BA.5 ini menunjukkan bahwa penularan masih terjadi di masyarakat.

Hal ini perlu disadari di tengah pelonggaran aturan mulai diberikan. Mobilitas masyarakat menjadi faktor penyebab masuknya subvarian baru itu ke Indonesia.

"Mobilitas di dalam negeri dan luar negeri semakin meningkat dan sudah terjadi pelonggaran prokes kendati seharusnya di PPKM level 1 dan 2 harus tetap mengutamakan 3T dan 3M tanpa kecuali," jelasnya, saat dihubungi oleh Kompas.com (10/6/2022).

Omicron terus bermutasi

Penularan Covid-19 di masyarakat masih terjadi seiring aktivitas masyarakat di sejumlah daerah yang mulai kembali normal.

Misalnya, perizinan work from office (WFO) yang diberikan hingga pembelajaran tatap muka di beberapa daerah.

"Anak sekolah sudah full dan pekerja sudah WFO 100 persen dan mereka berinteraksi di perjalanan," kata Ginting.

Baca Juga: Tak Juga Cair Padahal Sudah Bulan Juni, BSU 2022 Rencana Bisa Diuangkan pada Tanggal Ini

Faktor selanjutnya adalah pencapaian vaksinasi booster yang tidak semasif vaksin pertama dan kedua.

Hal tersebut berpengaruh terhadap kekebalan seseorang dalam menghadapi varian Omicron Covid-19 yang terus bermutasi.

"Pencapaian vaksinasi ke-3 baik akselerasi dan akses tidak secepat sewaktu vaksinasi 1 dan 2 khususnya ke populasi rentan," imbuhnya.

Menurutnya, varian Omicron Covid-19 ini memiliki potensi untuk terus bermutasi membentuk subvarian baru selama penularannya masih terjadi.

Sebab varian baru ini memiliki mutasi protein lonjakan yang membuatnya lebih efektif untuk menghindari sistem kekebalan dan lebih mudah menular. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulGejala Covid Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang Terdekteksi di Bali

Editor : Hinggar

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya