Jaga Jarak di KRL Tak Lagi Berlaku, Epidemiolog Wanti-Wanti Subvarian Omicron: Sangat Tidak Tepat Sekarang, Berbahaya!

Jumat, 11 Maret 2022 | 07:02
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ilustrasi penggunaan masker di KRL

GridStar.ID - Sejak Rabu, (9/3/2022) penumpang kereta rel listrik atau KRL tidak lagi perlu menjaga jarak.

Kapasitas yang dibatasi hanya 60 persen dari kapasitas penuh.

Adapun kegiatan pelonggaran ini justru membuat Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia Dicky Budiman buka suara.

Menurutnya, kegiatan pelonggaran ini tidak tepat dan berbahaya.

"Sangat tidak tepat untuk sekarang ini dan berbahaya, kita tidak bisa langsung euforia semua dilonggarkan," kata Dicky pada Kamis, (10/3/2022) dilansir dari Kompas.com.

Dicky mengatakan, pelonggaran mobilitas dan protokol kesehatan tidak bisa serentak dilakukan.

Sebab, kata dia, vaksinasi Covid-19 di Indonesia belum memadai sebagai modal untuk melakukan pelonggaran.

"Di sini (Australia) yang 90 persen (cakupan vaksinasi) masih ditetapkan jaga jarak," ujarnya.

Dicky juga mengatakan, protokol kesehatan dalam hal ini menjaga jarak tetap harus dijalankan, mengingat subvarian Omicron BA.2 bisa memicu lonjakan kasus Covid-19 dan peningkatan jumlah kasus kematian.

Selain itu, subvarian Omicron BA.2 memiliki daya penularan empat kali lebih cepat dari Delta.

"Dan BA.2 ini 2 kali lebih cepat menular daripada BA.1, ini serius sehingga menyebabkan keparahan.

Jadi ini yang harus diketahui sehingga jangan ada euphoria semua dilonggarkan, bertahaplah dan dijaga," ucapnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa situasi Covid-19 di Indonesia masih berstatus pandemi dan angka kematian masih meningkat.

"Dan proses penyebaran atau transmisi kasus di masyarakat banyak yang tidak terdeteksi karena yang pada gilirannya mengarah pada kematian.

Jadi ini yang harus kita perbaiki," pungkasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Ada Jaga Jarak Duduk di KRL, Epidemiolog: Sangat Tidak Tepat, Ini Berbahaya"

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya