Banyak Korban Meninggal Dunia, Masyarakat Mendadak Dibuat Parno, Guru Besar UGM Buka Suara Soal Isu Interaksi Obat Pasien Covid-19

Rabu, 14 Juli 2021 | 11:02
(Shutterstock)

Ilustrasi Obat

GridStar.ID-Pandemi corona di Indonesia semakin merajalela.

Adanya Virus Corona varian delta agaknya membuat kecemasan masyarakat akan virus ini semakin meningkat.

Panic buying akan obat-obatan serta vitamin untuk memperkuat imun menjadi semakin meningkat seperti pada saat awal-awal pandemi ini muncul.

Baca Juga: Ngaku Tak Percaya Corona, Dokter Lois Owien Sebut Nagita Slavina Bakal Senasib dengan BCL Jadi Janda Kembang, Klaim Tubuh Raffi Ahmad Alami Ini

Namun, baru-baru ini ramai beredar soal isu interaksi obat luar yang justru bisa memperparah pasien Covid-19 bahkan hingga menyebabkan meninggal dunia.

Hal ini pun langsung mendapat tanggapan dari guru Besar Fakultas Farmasi UGM.

Dilansir dari Kompas.com, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Zullies Ikawati menegaskan, interaksi obat tidak serta merta membuat seseorang meninggal dunia termasuk pasien Covid-19.

Baca Juga: Sempat Positif Covid-19, Shireen Sungkar Sampai Tak Tahu Susu yang Diminumnya Basi Gegara Kehilangan Indera Penciuman

"Interaksi obat tidak semudah itu membuat mati. Dan hal ini menunjukkan juga perlunya kerjasama antar tenaga kesehatan dalam memberikan terapi kepada pasien, sehingga dapat memantau terapi dengan lebih cermat," kata dia mengutip dari Kompas.com, Senin (12/07).

Zullies menjelaskan interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.

Sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya karena sifat interaksi itu bisa bersifat sinergis atau antagonis.

Baca Juga: Profil Jane Shalimar, Tutup Usia Usai Berjuang Lawan Covid-19

“Bisa meningkatkan, atau mengurangi efek obat lain. Interaksi obat juga ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Jadi, tidak bisa digeneralisir dan harus dikaji secara individual," kata dia.

Menurut dia, banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat, apalagi jika penyakitnya lebih dari satu. Bahkan, satu penyakit pun bisa membutuhkan lebih dari satu obat seperti hipertensi.

Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal maka dapat ditambahkan obat antihipertensi yang lain, bahkan bisa kombinasi 2 atau 3 obat antihipertensi.

Baca Juga: Rachmawati Soekarno Putri Meninggal Dunia Akibat Covid-19, Jane Salimar Berhasil Lewati Masa Kritis Lantaran Terinfeksi Virus Corona

"Pada Covid yang bergejala sedang sampai berat misalnya, sangat mungkin diperlukan beberapa obat untuk mengatasi berbagai gejala tersebut. Justru jika tidak mendapatkan obat yg sesuai dapat memperburuk kondisi dan menyebabkan kematian," ungkap Zullies.

Dia mengaku, interaksi obat bisa merugikan jika adanya suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yang digunakan bersama.

Bisa juga, sambung dia, adanya suatu obat yang memiliki risiko efek samping yang sama dengan obat lain yang digunakan bersama, sehingga akan semakin meningkatkan risiko total efek sampingnya.

Baca Juga: Kenali Sederet Gejala yang Dialami Anak yang Terinfeksi Virus Corona Varian Delta, Mulai Gangguan Pencernaan hingga Pernapasan

Jika efek samping tersebut membahayakan, tentu hasil akhirnya akan membahayakan.

Dia memberi contoh obat azitromisin dan hidroksiklorokuin yang sama-sama memiliki efek samping mengganggu irama jantung maka bisa terjadi efek total yang membahayakan jika digunakan bersama.

Selain itu, peningkatan efek terapi suatu obat akibat adanya obat lain juga dapat berbahaya jika efek tersebut menjadi berlebihan.

Baca Juga: Ketahui Gejala yang Dialami Penderita Kasus Baru Virus Corona Varian Delta yang Disebut Lebih Berbahaya

Lalu, bagaimana menghindari interaksi obat?

Menurut Zullies sebetulnya itu tergantung dari mekanisme interaksinya, apakah pada aspek farmakokinetik (memengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lain) atau farmakodinamik (ikatan dengan reseptor atau target aksinya).

Ada interaksi obat yang bisa dihindari dengan cara mengatur cara pemberiannya supaya tidak diberikan dalam satu waktu.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Mendadak Raul Lemos Naik Pitam Gegara Masalah Ini, Namanya dan Krisdayanti Jadi Korban Orang Tak Bertanggung Jawab

Ada pula, sambung dia, yang diatur dengan cara menyesuaikan dosis, atau bahkan ada yang dihindari dengan mengganti sama sekali dengan obat lain yang kurang berinteraksi.

"Sekali lagi, hal ini tidak bisa digeneralisir dan harus dilihat kasus demi kasus secara individual. Bahkan, kadang tidak semua kejadian interaksi obat itu bermakna klinis, walaupun secara teori ada kemungkinan interaksi," ujar Zullies.

Berikut penjelasan guru besar UGM terkait dengan pembicaraan di masyarakat yang mengangap kalau interaksi obat membuat pasien Covid-19 meninggal. Gimana? Sudah jelas kan sekarang? (*)

Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul Bikin Parno Masyarakat di Tengah Darurat Pandemi, Guru Besar UGM Buka Suara Soal Isu Interaksi Obat Bisa Buat Pasien Covid-19 Meninggal

Editor : Hinggar

Sumber : GridHot.ID

Baca Lainnya