Kabar Buruk, Vaksin Covid-19 Disebut Tak Bisa 100 Persen Sembuhkan Corona, Tingkat Keganasan Jenis Virus di Asia Tenggara Lebih Tinggi dengan Gejala Lebih Parah

Sabtu, 22 Agustus 2020 | 07:00
ShutterStock

(Ilustrasi) Kabar Buruk, Vaksin Covid-19 Disebut Tak Bisa 100 Persen Sembuhkan Corona, Tingkat Keganasan Jenis Virus di Asia Tenggara Lebih Tinggi dengan Gejala Lebih Parah

GridStar.ID -Pandemi virus covid-19 masih menjadi masalah besar di sejumlah negara.

Kini, penemuan vaksin corona terus digenjot sejumlah negara demi mengakhiri pandemi.

Disebut, beberapa vaksin tengah melakukan uji klinis tahap akhir.

Baca Juga:Banyak Negara Berlomba-lomba Uji Coba Vaksin Covid-19, Ahli Asal Amerika Serikat Ragukan Peluang Kesembuhan: 50-60 Persen

Mutasi virus corona baru yang 10 kali lebih menular itu baru-baru ini terdeteksi di Malaysia.

Ternyata, jenis virus corona yang bermutasi menjadi sangat menginfeksi tersebut juga ditemukan di Singapura.

Melansir Sosok.ID, Paul Tambyah, konsultan senior diNational University of SingaporedanPresiden International Society of Infectious Diseases yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengatakan kepada Reuters, mutasi D614G dari virus corona juga telah terdeteksi di Singapura.

Baca Juga:Ingin Ambil Bagian sebagai Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Merah Putih, Menristek: Saya Tertarik, kalau Saya Memenuhi Syarat

Bahkan, Dr Sebastian Maurer-Stroh, Wakil Direktur Eksekutif PenelitianAgency for Science, Technology and Research (A*STAR), Selasa (18/08), mengungkapkan, mutasi D614G telah terdeteksi sejak akhir Februari lalu.

Namun, dia menyebutkan, tindakan penahanan saat ini berhasil "mencegah penyebaran skala besar" dari mutasi virus corona tersebut di Singapura.

"Karena varian ini telah beredar secara global, maka bisa ada di negara mana pun, dan setiap negara dengan pengawasan aktif telah melihatnya, terutama terkait dengan kasus impor dari pelancong," kata Dr Maurer-Stroh kepada Channel News Asia.

Baca Juga:China Sebut Indonesia Bakal Diprioritaskan Dapatkan Vaksin Covid-19

Menurut dia, virus corona berevolusi secara alami melalui seleksi, dan kebanyakan mutasi tidak berpengaruh.

Mutasi lain mungkin tidak menyebabkan gejala klinis yang lebih parah, tetapi membuat virus itu "lebih berhasil dibanding yang lain".

Namun, ini tidak berarti virus akan menjadi lebih ganas.

Baca Juga:Ini Reaksi yang Terjadi pada Tubuh 21 Relawan Usai Disuntik Calon Vaksin Covid-19

Melansir Kontan.ID, sebaliknya, bisa membuat virus lebih ringan atau tanpa gejala, menyebabkan infeksi yang lebih lama dan tidak terdeteksi, Dr Maurer-Stroh menjelaskan.

Hanya, dalam kasus yang lebih jarang, virus bisa mengembangkan kemampuan yang meningkat untuk mengikat sel manusia.

Lalu, meningkatkan replikasi atau penghindaran respons inang, yang meningkatkan penularan dan keparahan virus.

Baca Juga:Vaksin Belum Juga Ditemukan, Kabar Buruk Datang dari Dua Negara Tetangga Ini, Mutasi Virus Corona Ditemukan dan Dikatakan 10 Kali Lipat Lebih Berbahaya

"Saat wabah berkembang dari waktu ke waktu dan lebih banyak data tersedia, varian baru akan muncul.

"Ini adalah bagian dari evolusi alami virus yang biasanya tidak terkait dengan perbedaan dalam virulensi," kata Dr Maurer-Stroh.

Pada Minggu (16/08), Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mendesak kewaspadaan publik yang lebih besar setelah pihak berwenang mendeteksi mutasi D614G dari virus korona dalam dua kluster baru-baru ini.

Baca Juga:Belum Ditemukan Penyembuh Pandemi Covid-19, Kini WHO Sebut-Sebut Soal Bahaya Nasionalisme Vaksin Negara Kaya, Ada Apa?

Noor Hisham mengatakan, strain baru dari virus corona yang terdeteksi 10 kali lebih menular.

Sehingga, vaksin yang saat ini sedang dikembangkan mungkin tidak efektif melawan mutasi ini.

(*)

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Baca Lainnya