Bikin Geger! Komunitas Pelakor Indonesia Viral di Media Sosial Sampai Punya 12 Ribu Anggota, Ini Syaratnya Jika Ingin Gabung

Minggu, 28 Juni 2020 | 07:02

Bikin Geger! Komunitas Pelakor Indonesia Viral di Media Sosial Sampai Punya 12 Ribu Anggota, Ini Syaratnya Jika Ingin Gabung

GridStar.ID-Masyarakat kini pasti sudah tidak lagi asing dengan istilah 'pelakor'.

Ya, 'pelakor' yang merupakan singkatan kata dari perebut laki orang.

Julukan ini disematkan kepada wanita-wanita yang merebut atau sekadar memacari pria-pria yang sudah beristri.

Baca Juga: Dituduh Diam-diam Jadi Madu Sunu Eks Matta, Umi Pipik Kini Justru Dikabarkan Tengah Dekat dengan Penyanyi Tampan Ini Hingga Sering Terciduk Jalan Bareng

Istilah pelakor ini mulai ada sejak dua tahun ke belakang.

Namun siapa sangka, jika banyak wanita-wanita Indonesia yang menjadi seorang pelakor, bahkan sampai membentuk komunitas.

Dilansir dari BangkaPos.com, sebuah grup media sosial bernama Komunitas Pelakor Indonesia muncul di Facebook.

Baca Juga: Fakta Masa Lalunya Diungkap Sang Suami, Nycta Gina Tak Merasa Bersalah saat Rebut Rizky Kinos dari Orang Lain: Lumayan Jalanin Aja Dulu!

Grup yang akhir-akhir ini jadi viral itu mewadahi curahan hati tentang pelakor.

Warganet yang mau bergabung juga bisa mengunggah foto pelakor yang meresahkan.

Tidak semua orang bisa menjadi anggota grup Komunitas Pelakor Indonesia.

Baca Juga: Telah Sah Akhiri Pernikahannya dengan Bobby Michael, Jennifer Dunn Ngebet Segera Resmikan Pernikahan Sirinya dengan Faisal Harris: Doain Semoga Lancar

Ada beberapa peraturan bagi yang ingin bergabung, seperti dilarang mengunggah foto vulgar dan memberi informasi hoax.

Bila melanggar, maka akan dikeluarkan dari anggota grup.

"Group ini adalah ajang silaturahmi untuk para madu dan pembenci pelakor... shilakan baku hantam di sini asal tidak rasis."

Baca Juga: Keceplosan Mengakui Mulan Jameela Sebagai Istri Ke-3, Ahmad Dhani Ungkap Fakta Mengejutkan Setelah Cerai dengan Maia Estianty, Andre Taulany: Jadi Ada Lagi?

"Dilarang keras mengunggah gambar gambar tidak senonoh, dilarang ber iklan, dilarang berpolitik,dilarang hoax dan di larang menebar kerita bohong,,"

"Apabila ada status dan gambar yg tidak berkenan di hati kalian shilakan laporkan ke admin , akan kami delete permanen dan di kluarkan dari anggota group secara tidak hormat.... terimakasih," tulis keterangan dalam grup Facebook Komunitas Pelakor Indonesia.

Grup Facebook Komunitas Pelakor Indonesia

Dari penelusuran Tribunnews, hingga Jumat (26/06), grup tersebut memiliki 12 ribu anggota.

Baca Juga: Bikin Malu! Warganet Indonesia Hujat Pemeran Pelakor dalam Drama The World of The Marrried hingga di Sosial Media, Kini Han So Hee Beri Angkat Bicara: Itu Lucu

Grup tersebut terbuka secara umum hingga siapapun dapat melihat apa yang sedang ramai dibicarakan.

Beberapa postingan mengunggah curhatan tentang kebenciannya pada sosok pelakor.

Namun, para pelakor juga turut mengunggah kekesalannya kepada istri pertama dari suaminya.

Baca Juga: Disebut Pelakor Sukses, Artis Kontroversial Ini bak Kacang Lupa Kulitnya Kepergok Buang Muka di Depan Koruptor yang Berinya Nafkah hingga Mobil Mewah, Ngaku Cuma Wanita yang Dipekerjakan di Karaoke!

Lantas apa yang mempengaruhi orang-orang bergabung dengan grup tersebut?

Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah SPsi MSi membeberkan sederet alasan orang bergabung dengan grup tersebut.

Menurutnya, dalam ilmu psikologi dalam diri manusia terdapat istilah need atau kebutuhan.

Baca Juga: Istrinya Sering Dituduh Pelakor Majikan Sendiri, Mendadak Ahok Ngegas Kuliti Habis Perangai Veronica Tan di Depan Publik: Tukang Nipu!

Dalam hal ini, kebutuhan yang dimaksud merujuk pada kebutuhan afiliasi untuk bergabung dengan suatu kelompok.

Terlebih, kebutuhan afiliasi ini diwadahi oleh sebuah sosial media, dengan fitur dan kemudahan yang berkembang pesat.

"Kenapa mereka membentuk komunitas, karena butuh afisiliasi dan alasannya macam-macam."

Baca Juga: Lama Disimpan Usai Setahun Bungkam, Aisyahrani Bongkar Sendiri Percakapan Reino Barack bak Bukti Nyata Syahrini Tak Main Serong dengan Pacar Luna Maya, Tapi Nama Kontak Iparnya Bikin Gagal Fokus: Soalnya di Luar Merebut Ini Itu!

"Ada yang mencari penguatan, kesamaan pengalaman, atau untuk mendapatkan dukungan emosional."

"Itu yang mereka dapatkan oleh seseorang ketika masuk ke komunitas itu," ujar Hudan.

Hudan mengatakan, padahal tujuan membuat grup untuk mewadahi korban pelakor atau istri yang dimadu.

Baca Juga: Keblinger Cinta hingga Gelap Mata, Anggota TNI Sekongkol dengan Pelakor untuk Mutilasi Istri Sah, Jasad Korban Ditemukan Tinggal Tulang Belulang

Namun, tujuan tersebut beralih fungsi lantaran pembuatnya menjadikan grup terbuka untuk umum.

"Jadi yang tadi ditujukan untuk mewadahi istri yang sedih, ternyata komunitas itu dimanfaatkan para pelakor."

"Tetapi namanya media sosial, tidak bisa diseleksi sehingga konsekuensinya begitu, menjadi beralih fungsi karena kita tidak bisa kontrol juga," papar Hudan.

Baca Juga: Disebut Pelakor Tersukses di Indonesia, Penyanyi Lawas Ini Jadi Mantu Keluarga Cendana Usai Dibayar Sebagai Artis Pendukung Parpol Saat Kampanye

Mengontrol sosial media memang sulit dilakukan, tapi masyarakat bisa mengontrol diri agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan sebuah grup.

Lalu, apa yang bisa dilakukan agar warganet mengantisipasi hal tersebut?

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bimbingan dan Konseling UMM ini mengaku, pentingnya peran orang tua agar terlibat dalam mendidik anak.

Baca Juga: Sudah Tak Laku di TV Padahal Dulu Jadi Ratu Kejahatan di Sinetron, Artis Lawas Ini Hidupnya Disebut Kena Karma Usai Jadi Pelakor, Sekarang Hanya Bisa Makan Sayur!

Terlebih, menyeleksi informasi yang pantas diberikan kepada anak.

"Kuncinya ada di pendidikan dari orang tua, seperti mendidik anak dengan benar dan lebih kuatnya peran sekolah," pungkas Hudan. (*)

Editor : Hinggar

Sumber : Bangkapos.com

Baca Lainnya