GridStar.ID - Sri Mulyani, Menteri Keuangan akhirnya mengungkapkan dampak ekonomi dari pandemi corona.
Menurutnya, risiko defisit anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) akan semakin nyata.
Bahkan defisit ini dikhawatirkan bisa jadi beban hingga 10 tahun ke depan.
"Dengan adanya Covid-19 kita mengalami defisit yang meningkat secara dramatis, dan ini akan menjadi beban 10 tahun ke depan," ujar Sri Mulyani ketika melakukan rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Kamis (18/6/2020).
Pemerintah memperoyeksi terjadi peningkatan defisit APBN dari Rp 852,9 triliun atau sekitar 5,07 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di dalam Perpres Nomor 54 tahun 2020, menjadi Rp 1.039,2 triliun atau menjadi 6,34 persen dari PDB Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan anggaran pemerintah untuk penanganan pandemi virus corona.
Terbaru, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 695 triliun untuk penanganan pandemi.
Untuk menutup defisit APBN, pemerintah pun mengambil jalan dengan menarik pembiayaan atau utang lewat bebagai cara.
Salah satunya dengan melelang Surat Utang Negara (SUN). Sejak awal tahun hingga akhir Mei 2020 pemerintah telah menarik utang baru sebesar Rp 360,7 triliun. T
ahun ini, pemerintah menargetkan pembiayaan utang untuk menutup defisit anggaran sebesar Rp 1.006,4 triliun.
Sri Mulyani pun mengatakan untuk mengantisipasi peningkatan defisit tersebut, perlu dilakukan pembagian beban atau burden sharing dengan Bank Indonesia (BI).
Harapannya, pemerintah bisa mengelola dampak negatif Covid-19 tanpa meningkatkan beban fiskal.
"Oleh karena itu pembagian beban kami dengan BI akan menjadi kunci bagaimana bisa mengelola dampak (Covid-19) tanpa meningkatkan beban fiskal yang akan mengurangi kemampuan kita dalam mendukung berbagai program pembangunan dan mengatasi masalah fundamental," kata dia.
Baca Juga: Kabar Baik, THR PNS Golongan Ini Tetap Cair, Paling Lambat 15 Mei!
Adapun untuk tahun depan, Bendahara Negara itu mengatakan defisit anggaran akan berada di kisaran 3,21 persen hingga 4,17 persen terhadap PDB.
Angke tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan proyeksi tahun ini namun masih di atas level normal yang berada di kisaran 3 persen.
"Dengan tingkat defisit tersebut maka primary balance masih di negatif antara 1,2 persen hingga 2 persen dari PDB, sangat besar," ucap dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sri Mulyani: Defisit APBN Meningkat Dramatis, Akan Jadi Beban 10 Tahun ke Depan