GridStar.ID - Hingga saat ini pencarian vaksin dan obat yang bisa menyembuhkan Covid-19 masih terus dicari.
Berbagai negara terus melakukan penelitian untuk mencari formula yang tepat untuk membuat vaksin dan obatnya.
Akhirnya apa yang dicari selama ini telah membawa kabar yang cukup melegakan.
Ilmuwan Inggris telah menemukan obat untuk Covid-19 dan menyebut dexamethasone efektif dala menyembuhkan pasien dengan penyakit ini.
Hal ini disampaikan setelah tim dari Universitas Oxford melakukan uji coba kepada ribuan pasien dengan obat dexamethasone ini.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa obat itu berhasil mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 dengan kondisi yang parah.
Baca Juga: Hasil Penelitian: Deksametason Bisa Sembuhkan Pasien Kritis Covid-19?
Bahkan di Inggris obat ini telah dilakukan sejak awal pandemi Covid-19 terjadi dan telah menyelamatkan 5.000 nyawa.
Mengenai kabar ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik dengan penemuan obat untuk Covid-19 tersebut.
"Ini berita yang sangat baik dan saya memberi selamat kepada Pemerintah Inggris, Universitas Oxford, dan kepada banyak rumah sakit di Inggris yang berkontribusi dalam menyelamatkan nyawa,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Kompas.com pada Rabu (17/06).
Dalam situsnya WHO menjelaskan dexamethasone adalah steroid yang digunakan sejak tahun 1960-an untuk mengurangi peradangan dan beberapa kondisi lainnya, termasuk kanker.
Dan obat ini bisa didapatkan di hampir semua negara.
Meski cukup efektif sebagai obat dari Covid-19, namun ada efek samping yang bisa didapatkan dari konsumsi obat ini.
Obat ini juga tak bisa dikonsumsi sembarangan.
Obat ini tidak untuk dikonsumsi bagi mereka yang menderita hipertensi, sakit gula, dan penderita infeksi bakteri/virus karena bisa menekan sistem imun.
"Banyak efek sampingnya, mulai dari udem atau bengkak, osteoporosis, hipertensi, sampai gangguan mental, jadi penggunaannya harus hati-hati," kata dr Wawaimuli Arozal, M Biomed, PhD, Ketua Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). (*)