Vaksin Virus Corona Belum Ditemukan, Ini Obat yang Dinilai Paling Menjanjikan Mengobati Covid-19 Selama Pandemi?

Senin, 01 Juni 2020 | 12:01
Xinhua

Vaksin Virus Corona Belum Ditemukan, Ini Obat yang Dinilai Paling Menjanjikan Mengobati Covid-19 Selama Pandemi?

GridStar.ID - Hingga kini, vaksin virus corona belum juga ditemukan.

Ilmuwan masih berada dalam tahap uji coba vaksin untuk mengetahui efektivitasnya.

Namun, beberapa obat lama ini kerap dijadikan metode pengobatan pasien covid-29 oleh dokter lantaran belum adanya vaksin.

Baca Juga: 30 Persen Warganya Lansia yang Berisiko Kena Covid-19, Jepang Malah Berhasil Cabut Status Darurat Nasional Wabah Corona Tanpa Lockdown, Rahasianya Cuma 3 Hal Ini yang Bikin Geleng-Geleng Kepala!

Beberapa obat seperti klorokuin hingga remdesivir diteliti untuk mengobati corona.

Mana obat yang paling menjanjikan untuk menumpas wabah ini?

Dilansir BBC, Rabu (27/5/2020), ada lebih dari 150 obat yang diteliti di seluruh dunia untuk menghadapi Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan uji coba Solidaritas yang bertujuan untuk menilai pengobatan paling menjanjikan.

Baca Juga: Kabar Baik Berakhirnya Wabah Covid-19, Ilmuwan China Klaim Vaksin Virus Corona Miliknya Bisa 99 Persen Berkerja Efektif Usai Uji Coba Tahap 2, Tapi Tak Bisa Dipakai Semua Orang! Apa Alasannya?

Inggris mengatakan percobaan pemulihannya adalah yang terbesar di dunia dengan melibatkan lebih dari 5.000 pasien.

Beberapa pusat penelitian di seluruh dunia berusaha untuk menggunakan darah pasien atau korban sebagai pengobatan.

Ada 3 pendekatan umum yang digunakan untuk mengetahui suatu obat bekerja atau tidak:

Baca Juga: Bak Angin Segar di Tengah Wabah Corona, Ini 10 Provinsi di Indonesia yang Tak Ada Lagi Kasus Covid-19 Baru bak Pertanda Bakal Segera Berakhir

1. Obat antivirus yang secara langsung memengaruhi kemampuan virus corona untuk berkembang di dalam tubuh.

2. Obat-obatan yang dapat menenangkan sistem kekebalan tubuh. Pasien menjadi sakit parah ketika sistem kekebalan tubuh mereka bereaksi berlebihan dan mulai menyebabkan kerusakan pada tubuh.

3. Antibodi, baik dari darah korban atau dibuat di laboratorium.

Baca Juga: Kabar Duka dari Maia Estianty, Salah Satu Keluarganya Meninggal Dunia Karena Corona, Istri Irwan Mussry Beri Peringatan Tegas: Masih Anggap Remeh Covid-19?

Obat antivirus yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola telah memberikan harapan para ahli. Itu adalah remdesivir seperti dilansir dari Kompas.com.

The US National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menemukan bahwa remdesivir mengurangi durasi gejala dari 15 hari menjadi 11.

Percobaan melibatkan 1.063 pasien di rumah sakit dari seluruh dunia. Beberapa diberi obat dan yang lain diberi pengobatan plasebo (dummy).

Baca Juga: Terjun Langsung Tinjau Mal Siapkan New Normal, Jokowi Ditertawakan Mantan Jubir SBY: Kalau Presiden Salah Siapa yang Mau Koreksi?

Dr Anthony Fauci yang menjalankan NIAID yakin akan kemampuan remdesivir.

"Kami sekarang memiliki data kuat yang menunjukkan bahwa remdesivir mengurangi waktu untuk pemulihan bagi orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19," kata Fauci.

Namun, walaupun remdesivir dapat membantu pemulihan, uji coba tidak memberikan indikasi yang jelas apakah itu dapat mencegah kematian akibat virus corona.

Baca Juga: Jadi Kurang Greget! Naik Roller Coaster di Jepang Dilarang Teriak, Kasus Corona Menurun Tajam, Negeri Sakura Persiapkan Hiburan di Tengah New Normal

Perkiraannya antivirus tersebut mungkin lebih efektif pada tahap awal.

Sementara itu di Amerika, laporan mengenai uji coba obat remdesivir di AS dan China ditulis dalam jurnal medis Lancet. Hasilnya tidak efektif.

Tapi percobaan itu tidak lengkap karena Wuhan telah berhasil melakukan lockdown dan para peneliti kehabisan pasien. (*)

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya