GridStar.ID - Hingga kini, vaksin virus corona belum juga ditemukan.
Ilmuwan masih berada dalam tahap uji coba vaksin untuk mengetahui efektivitasnya.
Namun, beberapa obat lama ini kerap dijadikan metode pengobatan pasien covid-29 oleh dokter lantaran belum adanya vaksin.
Beberapa obat seperti klorokuin hingga remdesivir diteliti untuk mengobati corona.
Mana obat yang paling menjanjikan untuk menumpas wabah ini?
Dilansir BBC, Rabu (27/5/2020), ada lebih dari 150 obat yang diteliti di seluruh dunia untuk menghadapi Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan uji coba Solidaritas yang bertujuan untuk menilai pengobatan paling menjanjikan.
Inggris mengatakan percobaan pemulihannya adalah yang terbesar di dunia dengan melibatkan lebih dari 5.000 pasien.
Beberapa pusat penelitian di seluruh dunia berusaha untuk menggunakan darah pasien atau korban sebagai pengobatan.
Ada 3 pendekatan umum yang digunakan untuk mengetahui suatu obat bekerja atau tidak:
1. Obat antivirus yang secara langsung memengaruhi kemampuan virus corona untuk berkembang di dalam tubuh.
2. Obat-obatan yang dapat menenangkan sistem kekebalan tubuh. Pasien menjadi sakit parah ketika sistem kekebalan tubuh mereka bereaksi berlebihan dan mulai menyebabkan kerusakan pada tubuh.
3. Antibodi, baik dari darah korban atau dibuat di laboratorium.
Obat antivirus yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola telah memberikan harapan para ahli. Itu adalah remdesivir seperti dilansir dari Kompas.com.
The US National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menemukan bahwa remdesivir mengurangi durasi gejala dari 15 hari menjadi 11.
Percobaan melibatkan 1.063 pasien di rumah sakit dari seluruh dunia. Beberapa diberi obat dan yang lain diberi pengobatan plasebo (dummy).
Dr Anthony Fauci yang menjalankan NIAID yakin akan kemampuan remdesivir.
"Kami sekarang memiliki data kuat yang menunjukkan bahwa remdesivir mengurangi waktu untuk pemulihan bagi orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19," kata Fauci.
Namun, walaupun remdesivir dapat membantu pemulihan, uji coba tidak memberikan indikasi yang jelas apakah itu dapat mencegah kematian akibat virus corona.
Perkiraannya antivirus tersebut mungkin lebih efektif pada tahap awal.
Sementara itu di Amerika, laporan mengenai uji coba obat remdesivir di AS dan China ditulis dalam jurnal medis Lancet. Hasilnya tidak efektif.
Tapi percobaan itu tidak lengkap karena Wuhan telah berhasil melakukan lockdown dan para peneliti kehabisan pasien. (*)