Sempat Berubah Semerah Darah, Salju di Antartika Kini Menjadi Hijau! Ternyata Ini Penyebabnya

Jumat, 22 Mei 2020 | 09:01
National Geographic/kompas.com

Sempat Berubah Semerah Darah, Salju di Antartika Kini Menjadi Hijau! Ternyata Ini Penyebabnya

GridStar.ID - Di awal tahun yang lalu salju yang menyelimuti wilayah antartika dikabarkan berubah warna semerah darah.

Fenomena ini terjadi di Galindez, di sekitar Pangkalan Penelitian Vernadsky, dan disampaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Ukraina pada Senin (24/02).

Dikutip dari National Geographic, warna merah tersebut bukan berasal dari darah asli, melainkan dari ganggang merah yang bernama Chlamydomonas nivalis yang biasanya ditemukan di es dan salju yang ada dipegunungan dan kutub.

Baca Juga: Santer di Media Sosial 8 Mei 2020 Diramalkan Bakal Muncul Fenomena Dukhan, UAS Hanya Bisa Beri Pesan Sederhana Ini: Kita Cuma Bisa Bersiap-siap

Ganggang ini biasanya tidak aktif selama bulan-bulan di musim dingin, sambil menunggu es dan salju mencair.

Tetapi saat lingkungan sekitar mulai memanas maka ia akan mulai berkembang dan berubah warna dari warna hijau ke oranye dan merah dengan pertumbuhan intens selama musim dingin yang panjang.

Setelah sempat menjadi merah, kini kembali dikabarkan bahwa salju yang ada di Antartika menjadi hijau.

Baca Juga: Setelah Sempat Muncul di Solo, Kini Kembali Viral Ribuan Cacing Muncul di Lombok Tengah, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Tetapi ini bukan karena tumbuhnya rerumputan di daerah tersebut.

Melainkan karena mekarnya ganggang yang membuat sebagian wilayah di semenanjung Antartika menghijau.

Fenomena salju yang menghijau ini sebagai tanda adanya peningkatan suhu global dan dampak dari perubahan iklim.

Baca Juga: Tak Ada Lagi Kapal yang Berlalu-lalang Akibat Wabah Corona, Sekawanan Lumba-lumba Tampak Berenang Bebas di Selat Bosphorus Turki

Dikutip dari Kompas.com, peneliti dari University of Cambridge dan British Antarctic Survey telah menggabungkan citra satelit dengan pengamatan di lapangan untuk mendeteksi tingkat perkembangan ganggang hijau di benua ini.

Lebih dari 1.600 ganggang hijau telah diidentifikasi yang terpisah di salju melintasi semenanjung, dengan luas permukaan hingga 1,9 km persegi.

"Meskipun jumlahnya relatif kecil pada skala global, namun di Antartika umumnya jumlah tanaman sangat sedikit, jumlah biomassa (ganggang hijau) itu sangat signifikan," kata Matt Davey dari Departemen Ilmu Tanaman Cambridge kepada AFP.

Baca Juga: Di Saat Warga Indonesia Dibuat Panik dengan Fenomena Cacing, Peneliti Dunia Justru Sedang Berbahagia Atas Kemunculan Hewan Langka Ini Usai Berlakunya Pembatasan Sosial Covid-19

Diketahui di area pinggir Antartika juga ada kehidupan bagi tanaman.

Ganggang ini telah menyerap banyak karbon dioksida (CO2) setara dengan 875.000 perjalanan mobil.

Selain itu ditemukan sebagian besar ganggang mekar berada dalam jarak lima kilometer dari koloni penguin, karena kotoran burung ini menjadi pupuk yang baik bagi tumbuhan.

Baca Juga: Geger Fenomena Cacing Terus Keluar dari Tanah, Mbah Mijan Buka Suara Singgung Jenazah Covid-19 Hingga Aroma Pertanda Dari Hewan Melata Ini, Ada Apa?

Wilayah kutub memanas lebih cepat dari bagian lain di bumi, Tim juga mempekirakan daerah pesisir Antartika yang berada lebih rendah akan segera bebas dari ganggang.

Wilayah pesisir Antartika yang letaknya lebih rendah ini akan memiliki musim panas yang bebas dari salju.

Namun ini akan diimbangi dengan mekarnya ganggang hijau yang disebabkan kenaikan suhu dan salju di ketinggian yang mulai melunak.

Baca Juga: Fenomena Alam Supermoon Kembali Hadir di Bulan April, Ini Pengaruhnya Terhadap Tiap Zodiak, Banyak yang dapat Keberuntungan!

"Ketika Antartika terus menghangat, pulau-pulau kecil di dataran rendah, pada titik tertentu di musim panas akan berhenti diselimuti salju," kata Andrew Gray, penulis utama dan peneliti di University of Cambridge dan NERC Field Spectroscopy Facility, Edinburgh.

Sedangkan salju putih mencerminkan 80 persen radiasi yang menerpa, untuk salju hijau angka itu mendekati 45 persen.

"Sebaliknya, di utara semenanjung (Antartika) kami melihat sejumlah ganggang bermekaran lebih banyak. Kami berasumsi kita cenderung melihat ganggang mekar lebih banyak dan lebih besar dari ini," jelas Gray. (*)

Tag

Editor : Hinggar

Sumber Kompas.com, national geographic