GridStar.ID - Wabah virus corona hingga kini masih menjadi pandemi di seluruh dunia.
Covid-19 yang diduga berasal dari Wuhan, China ini belum ditemukan vaksin penangkalnya.
Padahal, virus ini sangat mudah menyebar.
Baca Juga: Inul Daratista Pusing Tujuh Keliling Bayar THR Karyawan Saat Wabah Corona
Bahkan, baru-baru ini muncul kasus baru di China dan Korea Selatan usai melonggarkan lockdown.
Klaster baru dari kasus virus corona kembali muncul di Ibu Kota Korea Selatan, Seoul. Kemunculan klaster baru ini menimbulkan kekhawatiran akan gelombang kedua infeksi Covid-19 di negara-negara Asia Timur.
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang harus menghadapi pandemi ini pada awal kemunculannya.
Setelah berminggu-minggu melakukan tindakan seperti penetapan jarak fisik dan pengawasan, negara ini pun mulai melonggarkan pembatasan.
Namun, kemunculan klaster baru ini mengubah persepsi akan kondisi pandemi dan kelonggaran tersebut.
"Kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita mengenai pencegahan epidemi" kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-In sebagaimana dikutip dari CNN, Senin (11/05).
Selain Korea Selatan, China juga memberlakukan pembatasan baru setelah dua kota melaporkan adanya kasus baru virus corona.
Infeksi baru salah satunya muncul di Kota Wuhan, yang merupakan kota pertama kasus virus corona diidentifikasi.
Sebelumnya, kondisi di kota ini mulai relatif normal setelah menjalani penguncian selama 76 hari.
Pada Senin (11/05), pejabat kota mengatakan ada 5 kasus baru yang telah dikonfirmasi di Wuhan dan tidak ada yang berasal dari luar negeri.
Juru Bicara Komisi Kesehatan Nasional China Mi Feng mendesak masyarakat untuk tetap waspada dan meningkatkan perlindungan pribadi terhadap virus.
Ia menambahkan bahwa kemunculan klaster baru ini adalah pengingat untuk tetap menghindari pertemuan sosial dan mencari bantuan medis atau menjalani pemeriksaan apabila menunjukkan gejala.
Sebelum kemunculan kasus-kasus baru ini, tingkat pertambahan infeksi di China dan Korea Selatan telah melambat dan penularan lokal pun tampak telah terhenti.
Adapun Korea Selatan, juga telah dipuji secara global dengan penanganan awalnya pada pandemi virus corona yang terjadi di wilayahnya.
Kasus-kasus baru ini kemungkinan dapat dikendalikan. Namun, fakta bahwa dua negara dengan jumlah infeksi yang telah menurun drastis kembali melaporkan kasus harus menjadi perhatian utama.
Pengamat mencontohkan pada Singapura. Awal April 2020, negara ini memiliki kurang dari 2.000 kasus.
Namun, saat ini, ada lebih dari 23.000 kasus. Ada risiko yang muncul dari anggapan bahwa suatu negara telah selesai bertempur melawan pandemi ini.
Adapun Hong Kong disebut sebagai salah satu negara yang berhasil menahan gelombang kedua virus corona saat jumlah infeksinya sempat diprediksi akan mendekati Singapura.
Hong Kong telah melewati 21 hari tanpa adanya infeksi lokal. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan untuk dinyatakan bebas corona pada akhir bulan ini. Namun, semuanya belum benar-benar berakhir.
Apa yang ditunjukkan oleh berbagai kondisi saat ini membutuhkan kewaspadaan yang terus menerus dan kesabaran. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kasus Baru di China dan Korea Selatan Tunjukkan Risiko Pelonggaran Lockdown