Pasien Virus Corona Bisa Alami 5 Gejala Tak Biasa Ini, Mulai Dari Ruam di Kaki hingga Kesemutan

Minggu, 10 Mei 2020 | 08:00
Xinhua

Kini Tembus 12.000 Kasus Virus Corona, Ini 10 Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tertinggi, Kabar Baiknya Tingkat Kesembuhan Jauh Lebih Besar dari Kematian!

GridStar.ID - Virus corona hingga kini masih menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang.

Masyarakat masih diminta untuk tetap berada di rumah untuk mencegah penyebaran yang semakin meluas.

Hingga Jumat (08/05), di Indonesia tercatat sudah ada 13.112 orang positif corona dengan 9.675 orang dirawat, 2.494 sembuh dan 943 orang meninggal dunia.

Baca Juga: Ketika Dunia Berperang Melawan Pandemi Corona, Benua yang Memiliki 5 ribu Penghuni Ini Dikabarkan Masih Bebas dari Covid-19 dan Jadi yang Tempat Teraman

Pasien yang diketahui positif corona memiliki beberapa gejala yang tak biasa dalam tubuhnya.

Dikutip dari Kompas.com, WHO mencatat ada lima gejala yang tak biasa yang dialami seseorang yang positif virus corona.

Baca Juga: Kabar Gembira Penangkal Covid-19 Ditemukan, Kementan Luncurkan Antivirus Corona dengan Bahan Alami ini, Syahrul Yasin: Hasilnya Sangat Baik!

1. Ruam di jari kaki

Di beberapa negara melaporkan adanya ruam pada jari kaki pada pasien covid-19 menyerupai chilblains.

Dan kondisi ini dijuluki sebagai 'covid toe'.

Ruam dapat berbentuk lesi merah atau ungu. Terlepas dari namanya, kondisi ini dapat ditemukan pada sisi atau telapak kaki, atau bahkan pada tangan dan jari.

Kasus ini lebih banyak ditemui pada anak dan remaja.

Baca Juga: Jika Bank Indonesia Nekat Cetak Uang Rp 4.000 Triliun Demi Selamatkan Warga dari Wabah Virus Corona, Indonesia Malah Bakal Makin Sengsara, Kok Bisa?

2. Konjungtivis atau mata merah muda

Menurut Royal College of Ophthalmologists dan College of Optometrists di Inggris, infeksi saluran pernapasan atas dapat meyebabkan konjungtivitis virus sebagai komplikasi sekunder, dan kondisi ini juga terjadi pada Covid-19.

Namun, tidak mungkin bahwa seseorang muncul dengan konjungtivitis virus sekunder untuk Covid-19 tanpa gejala demam atau batuk terus-menerus.

Karena, gejala konjungtivitis tampaknya merupakan kondisi yang terlambat muncul.

Baca Juga: Jika Bank Indonesia Nekat Cetak Uang Rp 4.000 Triliun Demi Selamatkan Warga dari Wabah Virus Corona, Indonesia Malah Bakal Makin Sengsara, Kok Bisa?

3. Liverdo atau nekrosis

Sebuah studi Spanyol peer-review, yang diterbitkan dalam British Journal of Dermatology pada pekan lalu, menemukan bahwa 6 persen dari 375 kasus virus corona yang diperiksa melibatkan nekrosis yaitu matinya jaringan tubuh karena kurangnya suplai darah, atau livo, dan perubahan warna kulit.

Karena kondisi tersebut seseorang akan mengalami belang pada kulit dan memiliki bagian berwarna ungu atau merah yang mungkin akan muncul dalam pola seperti renda.

Kasus ini banyak ditemukan pada pasien yang lebih tua dengan kasus Covid-19 yang parah.

Namun penemuan ini tidak konsisten dan nekrosis juga ditemukan pada beberapa orang dengan gejala virus corona yang tidak memerlukan rawat inap.

Baca Juga: Virus Corona yang Ada di Indonesia Berbeda dengan Tipe Lain yang Tersebar di Dunia dan Masih Belum Teridentifikasi, Ini Penjelasannya

4. Pusing/ sakit kepala

Penelitian yang dilakukan terhadap 214 pasien di China yang diterbitkan dalam Jama Neurology pada April 2020 menyebutkan bahwa lebih dari sepertiga pasien positif corona mengalami gejala neurologis seperti pusing atau sakit kepala.

Hal ini juga meningkat sebesar 45,5 persen pada pasien parah terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Ketar-Ketir Terjadi Gelombang ke 2 Virus Corona karena Kembalinya Migran ke Tanah Air, Jokowi Tetap Percaya Diri Ungkap Taget Berakhirnya Covid-19 yang Diprediksi di Bulan Ini

5. Sensasi kesemutan

Beberapa pasien positif virus coron juga mengeluh mengalami kesemutan, mendesis dan seperti terbakar.

Direktur pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit Mount Sinai, New York, Dr Waleed Javaid mengatakan, kemungkinan respons kekebalan pasien terhadap Covid-19 yang menyebabkan munculnya sensasi seperti itu. "Ada respons imun luas yang terjadi.

Sel-sel kekebalan tubuh kita diaktifkan sehingga banyak bahan kimia dilepaskan ke seluruh tubuh kita dan itu dapat hadir atau terasa seperti ada beberapa desis.

Ketika respons kekebalan tubuh kita meningkat, orang-orang dapat merasakan sensasi yang berbeda," ujar Javaid kepada Today.com.

"Saya telah mendengar pengalaman serupa di masa lalu dengan penyakit lain," lanjut dia. (*)

Tag

Editor : Hinggar