Angin Segar di Tengah Wabah Corona, Ilmuwan Uji 47 Obat Lama untuk Mencari Penyembuh Virus Covid-19, Ini Hasilnya!

Selasa, 05 Mei 2020 | 20:30
Tribunnews

Angin Segar di Tengah Wabah Corona, Ilmuwan Uji 47 Obat Lama untuk Mencari Penyembuh Virus Covid-19, Ini Hasilnya!

GridStar.ID - Sejak dunia dilanda pandemi covid-19, ilmuwan berlomba-lomba mencari vaksin virus tersebut.

Dengan mengetahui seperti apa cara virus ini menginfeksi, kemungkinan besar ilmuwan semakin cepat menemukan obatnya.

Kini, 47 obat lama telah diteliti obat yang diharapkan bisa sembuhkan covid-19.

Baca Juga: Kabar Duka, Penyanyi Keroncong Didi Kempot Meninggal Dunia di Usia 53 Tahun, Selepas Galang Dana Wabah Corona Rp 7,6 Miliar Melalui Konser di Rumah

Nevan Krogan, Profesor dan Direktur Quantitative Biosciences Instute di University of California di San Francisco, membuat sebuah “peta” tentang virus corona jenis SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Peta tersebut menunjukkan seluruh jenis protein yang ada pada virus tersebut, serta protein yang terdapat pada tubuh manusia yang punya risiko interaksi dengan SARS-CoV-2.

Sementara banyak perusahaan dan institusi berlomba-lomba untuk membuat obat dan vaksin virus corona, Krogan dan beberapa koleganya melakukan pengujian terhadap 69 obat lama yang telah disertifikasi oleh Food and Drugs Administration (FDA).

Baca Juga: Sepi Job Saat Pandemi Corona, Iis Dahlia Dipusingkan dengan Cicilan Rumah Rp 250 Juta Per Bulan, Terungkap Gaya Hidup Mewah sang Biduan yang Beri Uang Jajan Anak Puluhan Juta Rupiah

Hingga saat ini, sebanyak 47 obat telah diuji oleh para peneliti. Selain University of California, pengujian obat juga dilakukan di Insitut Pasteur di Paris dan Mount Sinai di New York. Penelitian ini telah dimuat di jurnal Nature.

Mengutip Live Science, Selasa (05/05), peta yang dibuat oleh para peneliti menunjukkan potensi interaksi antara virus corona dan sel manusia. Namun, mereka belum mengetahui apakah obat yang diuji me

mbuat pasien resisten terhadap virus tersebut, atau malah tidak berpengaruh sama sekali. Untuk mendapatkan jawabannya, para peneliti membutuhkan tiga hal: obat, virus hidup, dan sel untuk mengetes interaksi keduanya.

Baca Juga: Waspada! Covid-19 di Jakarta Sudah Melambat, Peneliti Ungkap Pandemi Corona Bergeser, 3 Kota Besar Ini Bertambah Pesat & Berpotensi jadi Episentrum Baru

Sebetulnya sel manusia merupakan obyek terbaik, namun para peneliti belum mengetahui secara pasti sel manusia seperti apa yang cocok. Oleh karena itu mereka menggunakan sel dari monyet hijau Afrika, yang kerap digunakan sebagai pengganti sel manusia untuk menguji obat antivirus.

Sel-sel monyet hijau Afrika bisa merespon virus corona dengan cepat, serta merespon obat layaknya sel pada tubuh manusia. Usai menginfeksi sel monyet menggunakan virus hidup, para peneliti di Paris dan New York menambahkan obat yang telah disetujui tersebut.

Dari 47 obat lama yang diuji, rupanya beberapa di antaranya menunjukkan hasil positif untuk memerangi virus corona. Beberapa obat lainnya membuat sel lebih kuat untuk menghalau virus terebut. Namun, perlu diketahui bahwa ini merupakan hasil penelitian sementara dan belum diuji coba pada manusia. Para peneliti mengingatkan masyarakat untuk tidak buru-buru membeli obat-obatan ini.

Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Masyarakat Terdampak Corona, Jokowi Pastikan Bantuan Sosial Sudah Diterima Rakyat Minggu Ini, Berikut 4 Bansos yang Dijanjikan!

Beberapa jenis obat yang diuji coba memerangi virus corona dengan dua cara. Pertama adalah mengganggu masuknya virus pada sel tubuh. Pada level awal, virus memasuki sel tubuh manusia kemudian menduplikasi diri hingga jutaan jumlahnya.

Salah satu tahapan dalam proses ini adalah membuat protein virus dari RNA virus itu sendiri. Tahap ini dinamakan translation. Para peneliti menemukan dua komponen yang bekerja dengan cara mengganggu interaksi virus dengan sel. Dua komponen tersebut adalah ternatin-4 dan zotatifin.

Obat yang memiliki kemiripan molekul dengan ternatin-4 adalah Plitidepsin, dan kini tengah dilakukan uji klinis untuk menyembuhkan Covid-19. Obat kedua adalah Zotatifin, yang menyerang jenis protein lainnya pada virus corona sebelum memasuki sel di tubuh manusia. Cara kedua obat-obatan memerangi virus corona adalah dengan reseptor sigma. Pada sel, reseptor berada baik di dalam maupun di luar permukaannya.

Baca Juga: Bikin Merinding! Brasil Gali 13.000 Liang Lahat untuk Korban Corona, Mulai 'Menyerah' dengan Kematian yang Terus Bertambah, Pemerintah Siapkan Hamparan Kuburan Massal

Para peneliti menemukan tujuh obat yang membuat proses masuknya virus pada reseptor menjadi berantakan. Dua obat pertama adalah Haloperidol dan Melperone, yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit skizofrenia. Dua obat selanjutnya merupakan kelompok antihistamine yaitu Clemastine dan Cleoperastine.

Selanjutnya, Hydroxychloroquine yang digadang-gadang menjadi obat penyembuh Covid-19. Obat kontroversial Hydroxychloroquine juga mengacaukan reseptor Sigma R1 dan Sigma R2. Namun berdasarkan pengalaman ahli di kedua laboratorium, Hydroxychloroquine tidak mengacaukan reseptor dengan baik.

Usai penelitian ini dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengujinya pada manusia. Para peneliti di tiga tempat yang disebutkan sebelumnya telah memulai proses ini, sembari mencari dosis yang tepat hingga risiko infeksi yang mungkin terjadi pada pasien Covid-19. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ilmuwan Uji 47 Obat Lama untuk Sembuhkan Covid-19, Ini Hasilnya

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : kompas

Baca Lainnya