GridStar.ID - Masih ingat dengan sosok bocah yang kerap menghiasi layar kaca beberapa tahun lalu ini?
Ya, bocah yang bernama Baim tersebut dikenal dengan tagline yang sering disebutnya 'Maafin Baim ya Allah'.
Remaja yang bernama asli Ibrahim Khalil Alkatiri ini memulai kariernya sebagai pemain sinetron sejak usia 4 tahun.
Saat itu Baim tampil dengan rambut gondrong berponi dan kerap kali menghiasi layar kaca.
Baim menyampaikan penghasilannya saat itu sebagai pemain sinetron berkisar 8 hingga 15 juta rupiah.
"Untuk per episode, kalau yang sinetron ya, per episode itu ada yang delapan juta setengah, ada yang 13 juta ada yang 9 juta, pokoknya dulu total 15 juta per episode," kata Baim yang kini telah beranjak remaja.
Dari penghasilannya tersebut, Baim bisa membeli rumah dan mobil untuk kebutuhannya dan keluarga.
"Beli rumah, ngasih untuk orang tua, nenek, kakek, keluarga-keluarga di luar kota, di Kalimantan," jelas Baim dikutip dari Status Selebriti yang tayang pada Senin (17/02).
Sosok Baim yang dulu dikenal ceria dan terkadang galak oleh sang ibu, kini ia berubah menjadi sangat berbeda.
"Kalau sekarang dia lebih pemalu kayaknya, kalau dulu kan nggak ada malunya, sama siapa saja kalau sekarang pemalu tapi sopan," jelas ibunda Baim, Sakina.
"Kalau dulu dia sama orang nggak malu, tapi nggak sopan, kalau dimintai foto marah-marah, kalau sekarang dia udah enggak." sambungnya.
Baim mulai dikenal sejak tahun 2010 hingga 2013, namun setelah melakukan khitan, ia mulai menghilang dari layar kaca.
Baim mengaku mulai mengurangi pekerjaannya dari dunia hiburan mulai dari sinetron hingga iklan.
"Menghilang pelan-pelan dulu, mulai dari syuting-syuting tapi sinetronnya udah enggak, sinetron berhenti satu-satu, mulai acara tv doang talkshow atau ftv, dikurangin-dikurangin akhirnya cuma iklan doang, akhirnya ilang deh," ungkap Baim.
Kini Baim lebih memilih belajar di sebuah pesantren yang ada di Kota Malang, Jawa Timur.
Rupanya sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh keluarga Baim untuk belajar sebagai seorang santri.
"Semua dorongan dari orang tua, orang tua, keluarga semuanya banyak yang masuk pesantren, jadi semuanya bilang 'ayo masuk pesantren'," jelas Baim.
(*)