Terpisah Diadu Domba, Kata-Kata Terakhir Soeharto Pecahkan Tangis Habibie: 5 Kali Sehari Saya Doakan Kamu Selamat Tiap Salat

Kamis, 30 Januari 2020 | 08:00
Kolase Instagram.cendada.archives & b.jhabibie

Terpisah Diadu Domba, Kata-Kata Terakhir Soeharto Pecahkan Tangis Habibie: 5 Kali Sehari Saya Doakan Kamu Selamat Tiap Salat

GridStar.ID - Tahun 2019 menjadi duka bagi bangsa Indonesia.

Kehilangan sosok putra terbaiknya, BJ Habibie yang berpulang pada Rabu, (11/09) di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta yang merupakan Presiden ke-3 Republik Indonesia.

Kisah hidupnya dan Ainun, sang istri kerap menyita perhatian masyarakat dengan penuh romansa.

Baca Juga: Bertahun-tahun Berseteru dengan sang Ayah hingga Menikah Tanpa Restunya, Akhirnya Hubungan Vanessa dan Sang Ayah Harmonis: Sampai Kapanpun Aku Anak Daddy

Namun, kehidupab Habibie rupanya sempat berada di titik terendah.

Kala itu, BJ Habibie harus menanggung beban jabatan menggantikan Soeharto yang lengser.

Sampai-sampai dirinya dikabarkan perang dingin dengan sang jenderal seperti dilansir dari NOVA.id.

Baca Juga: Lihat Perseteruan Nikita Mirzani dan Andhika Pratama yang Memanas, Mbak You: Kalau Sompral Terlalu Tinggi, Nanti Jatuh Perih!

Namun, di balik kabar perang dingin, BJ Habibie justru mengungkap pesan terakhir dari Soeharto yang membuatnya menangis kehabisan kata-kata.

Dikutip dari Wartakota, dalam sebuah wawancara di layar kaca, yang videonya viral, terungkap alasan sebenarnya, Presiden Soeharto menolak pertemuannya dengan BJ Habibie.

"Saya penghabisan bicara dengan Pak Harto dilakukan pada bulan Juni, saat ulang tahunnya. Saya menjadi presiden tanggal 20 Mei 1998, Pak Harto ulang tahun tanggal 9 Juni," katanya.

Baca Juga: Di Tengah Perseteruannya, Ussy Sulistiawaty Hamil Anak ke-5, Sang Ibu Mertua: Berkat Jamu Kembang Macan Kerah

"Saya minta Menhankam Pangab, Pak Wiranto untuk menghubungkan saya dengan Pak Harto, tanggal 9 Juni.

Saya melalui telepon, saya sampaikan, Pak Harto, saya butuh masukan, Pak Harto lengser, saya mau tahu, data-data yang detail.

Kalau Anda gubernur digantikan orang lain, ada timbang terima, walau upacara tidak dibacakan, tapi ada bahan-bahannya," katanya.

Baca Juga: Meski Pahit di Lidah, Mayangsari Rela Rajin Teguk Ramuan Ini Demi Tetap Awet Muda!

Justru, kata BJ Habibie, Soeharto tegas menjawabnya agar tidak ada hubungan atau pertemuan antara BJ Habibie dan Soeharto.

BJ Habibie bertanya, mengapa demikian?

"Merugikan kita," kata Soeharto tegas.

Baca Juga: Lihat Ketampanan Anak Marini Zumarnis, Mayangsari Terang-terangan Ajak Besanan, Bella Saphira Ikut Komentar: Setuju deh!

"Bukan merugikan Pak Harto dan Habibie, kita ini kita bangsa Indonesia karena saya kenal Pak Harto," katanya.

"Ruginya karena diadu domba," ujar Habibie.

BJ Habibie kemudian mengungkapkan pesan terakhir Soeharto kepada dirinya.

Baca Juga: Selama Ini Simpan Dendamnya Sejak Awal Karier, Mayangsari Akui Masih Sakit Hati pada Sosok Ini: Mau Nangis, Pengin Gue Bunuh!

"Begini, kamu selesaikan masalah-masalah yang kamu hadapi.

Saya jadi emosional, saya mengatakan, Pak Harto, yang benar saja dong, saya juga manusia, punya perasaan, mengapa saya tidak bisa bertemu dengan Pak Harto," katanya.

Namun, BJ Habibie sudah tahu, keluhannya itu tidak akan mengubah sosok Soeharto yang dikenal tegas dan pantang mundur.

Baca Juga: Begini Reaksi Wajah Khirani Anak Mayangsari Usai Disebut Mirip dengan Almarhum Adi Firansyah: Saya Doakan Ibu Punya Hati yang Baik

"Kemudian, dia bilang, Habibie, saya tahu, kamu anak yang soleh.

Kamu, solat 5 kali sehari, saya juga.

Tapi, kamu harus tahu 1, tiap kali, saya solat, Habibie, saya doa untuk kamu, supaya kamu selamat dan sukses," kata Soeharto.

Baca Juga: Sosoknya Bukan Orang Sembarangan, Ayahanda Mayangsari Sampai Miliki 5 Istri hingga Dipandang Masyarakat karena Profesinya Ini!

BJ Habibie kehabisan kata-kata saat mendapatkan pernyataan tersebut.

"Laksanakan tugasmu," kata Soeharto pada BJ Habibie terakhir kali mereka berhubungan dan tidak pernah bertemu lagi, sejak itu.

BJ Habibie pun tidak sanggup menerima kenyataan itu dan menangis karena pengorbanan Soeharto yang demikian besar. (*)

Editor : Tiur Kartikawati Renata Sari

Sumber : Wartakota, Nova

Baca Lainnya